Serangan Meningkat, Asuransi Siber Makin Diburu

Sumber :
  • REUTERS/ Kacper Pempel

VIVA.co.id - Semakin meningkatnya membuat beberapa perusahaan di Australia ramai-ramai mendaftarkan asuransi khusus. Tercatat ada peningkatan perusahaan di Negeri Kanguru yang mengambil
Meningkatnya serangan siber di Australia bisa dilihat dari data yang dirilis oleh badan intelijen siber (Australian Signals Directorate/ASD). Badan ini mengatakan, serangan siber pada 2014 yang melanda bisnis dan pemerintah telah meningkat 20 persen. Jumlah kasus yang muncul disebutkan lebih dari 11 ribu serangan.

Untuk itu, dikutip Abc.net, Jumat, 9 Oktober 2015, perusahaan dan lembaga di Australia mulai ramai mendaftarkan asuransi siber.

"Asuransi siber mungkin menjadi asuransi dengan pertumbuhan tercepat di dunia," ujar perwakilan asuransi Allianz, Roger Smith.

Pilihan mengambil asuransi siber bagi perusahaan atau lembaga merupakan langkah yang dibilang tepat. Sebab risiko atas serangan siber membuat perusahaan berpotensi dikenai denda hingga US$1,7 juta untuk kasus terumbarnya data privasi pelanggan.

Saat ini di Australia telah ada 15 penyedia layanan asuransi siber. Lembaga asuransi itu disebutkan mencakup perlindungan denda, biaya berhentinya bisnis, pemalakan siber dengan sasaran perusahaan.

Vendor asuransi memberikan beragam cakupan nilai perlindungan. Mulai dari Us$1000 sampai ratusan atau ribuan dolar AS. Itu tergantung ukuran perusahaan dan tingkat kerentanannya.

Smith mengatakan para penjahat siber berasal dari beragam pihak. Mulai dari musuh pemerintah, organisasi kriminal, dan aktivitis.

"Sampai bocah 15 tahun yang menyerang dari kamarnya dengan laptop mereka," kata Smith.

Soal motivasi juga beragam. Penyerang ada yang melancarkan serangan karena ingin mendapatkan keuntungan finansial sampai motif tertentu lainnya.

Kini, di Australia hukum baru siap dihadirkan awal tahun depan untuk menindaklanjuti kasus serangan siber. Aturan itu mewajibkan untuk melaporkan setiap serangan siber.

Ini Bukti Sistem Keamanan Informasi RI Lemah

Aturan baru tersebut mendorong pengelola makelar asuransi misalnya Marsh, Susan Elias untuk menilai kembali risiko siber perusahaan. Bukan tanpa alasan, Elias mengatakan tahun lalu pertanyaan seputar asuransi siber telah meningkat ganda.

"Kami melihat peningkatan ketertarikan asuransi siber dari berbagai klien yang berbeda, mulai dari organisasi besar, organisasi non profit sampai klien kecil sampai menengah," kata Elias.

Peretas saat ini diketahui menargetkan kalangan bisnis kecil dengan keamanan teknologi informasi yang tak begitu canggih. Peretas menargetkan UKM itu untuk menyasar entitas bisnis yang lebih besar.

Kantor Yahoo di AS

Hacker Jajakan 200 Juta Akun Pengguna Yahoo

Dijual di dark web seharga 3 bitcoins.

img_title
VIVA.co.id
4 Agustus 2016