Mahasiswa Yogya Ciptakan Plastik dari Tanaman Alang-alang

Mahasiswa Yogya Ciptakan Plastik dari Tanaman Alang-alang
Sumber :
  • VIVA.co.id/Daru Waskita
VIVA.co.id - Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia tak bisa lepas dari produk berbahan plastik. Misalnya, kantong plastik. Namun kantong plastik umumnya tidak ramah dengan lingkungan karena tak bisa terurai oleh tanah sehingga berdampak pada penumpukan limbah dan mencemari lingkungan hidup.
Atasi Pencemaran Udara, Batan Pakai Teknik Analisis Nuklir

Namun sekarang telah ditemukan plastik biodegradable yang mudah terurai secara alami oleh mikroorganisme. Plastik daur ulang itu telah dikembangkan di negara maju, seperti Jerman dengan polimer biodegradable pada polyhydroxybutirat, atau Jepang dengan chitin dari crustaceae serta zein dari jagung.
'Restorasi Gambut di Kawasan Budidaya Perlu Dikaji'

Bioplastik akhir-akhir ini berkembang sangat pesat sebagai solusi dalam mengatasi permasalahan sampah plastik yang non-degradable. Bioplastik adalah jenis plastik yang digunakan seperti plastik konvensional, namun jenisnya mudah terurai mikroorganisme di dalam tanah.
Aplikasi Picture This, Cara Peduli Lingkungan Melalui Foto

Indonesia adalah negara yang sangat potensial untuk memproduksi bioplastik dengan potensi sumber daya alam yang melimpah. Salah satunya dengan mengembangkan biopolimer dari selulosa.

Biopolimer dari jenis itu dapat dibuat dari material yang banyak mengandung selulosa. Beberapa tumbuhan di antaranya mengandung komposisi selulosa yang efektif sebagai biopolimer plastik, seperti tongkol jagung, kulit pisang, atau kulit ubi. Selain itu juga ada tumbuhan alang-alang (Imperata cylindrica). 

Hal itu menginspirasi mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta meneliti bioplastik dari selulosa alang-alang. Mereka adalah Nugroho Wahyu Sumartono (mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia), Fitri Handayani (mahasiswi Program Studi Pendidikan Kimia), Reni Desiriana (mahasiswi Program Studi Pendidikan Kimia), Wulan Novitasari (mahasiswi Program Studi Biologi) dan Dea Sakinah Hulfa (mahasiswi Program Studi Fisika).

Menurut Nugroho Wahyu Sumartono, mereka membuat penelitian itu karena selama ini alang-alang selalu dianggap sebagai gulma pada lahan pertanian. Padahal tanaman itu memiliki kandungan alfa-selulosa 40,22 persen.

“Kandungan selulosa yang lebih dari 40 persen ini menjadikan alang-alang berpotensi sebagai bahan baku pembuatan plastik biodegradable,” katanya di Yogyakarta pada Rabu, 30 September 2015.

Penelitian itu dapat bermanfaat bagi berbagai aspek kehidupan, yaitu dilihat dari aspek sosial, dapat meningkatkan nilai jual alang-alang yang selama ini menjadi hama bagi petani. Selain itu dapat mengurangi limbah plastik di lingkungan. Pada aspek ekonomi, dapat menciptakan produk plastik yang dapat diproduksi skala industri dalam jumlah banyak dan dapat dipasarkan. Dalam aspek ilmu pengetahuan dan teknologi, dapat menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya.

Reni Desiriana, peneliti lainnya, menjelaskan bahwa tujuan penelitian itu untuk mengetahui proses pembuatan dan karakteristik bioplastik selulosa alang-alang dengan variasi kitosan, gliserol dan asam oleat. Menurut dia, dalam proses sintesis bioplastik selulosa ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Tahapan yang perlu dilakukan pertama adalah melakukan isolasi alfa-selulosa. Isolasi itu bertujuan memisahkan selulosa dari lignin atau senyawa-senyawa lain, sehingga metode itu disebut delignifikasi.

“Terdapat beberapa bahan adiktif yang digunakan dalam proses pembuatan plastik biodegradable seperti kitosan, gliserol dan asam oleat,” ujarnya.

Untuk mengetahui karakteristik dari bioplastik itu, dilakukan pula beberapa uji seperti uji mekanik, gugus fungsi, kemampuan biodegradasi dan uji sifat mekanik. Beberapa uji yang dilakukan bertujuan mengetahui karakteristik masing-masing sampel bioplastik sekaligus menentukan bioplastik dengan penambahan zat adiktif paling baik.

Berdasarkan penelitian, kata Reni, selulosa alang-alang dengan penambahan kitosan, gliserol dan asam oleat bisa menghasilkan plastik biodegradable. Hasil penelitian itu berupa pengetahuan mengenai pembuatan plastik biodegradable dan dapat menjadi acuan dalam penelitian pengembangannya.

"Potensi pengembangan penelitian ini dapat membuat plastik biodegradable dengan bahan baku lain seperti rumput gajah, rumput teki dan semua jenis tanaman yang mengandung selulosa, serta dapat diterapkan pembuatan bioplastik berbasis nanoselulosa. Selain itu, alang-alang dapat digunakan untuk pembuatan kertas dan bahan bakar alternatif."

(mus)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya