Juli 2100, Suhu Udara Lampaui 45 Derajat Celsius

Cuaca super panas di Australia
Sumber :
  • REUTERS/Bobby Yip
VIVA.co.id
Waspada DBD, Nyamuk Tak Mempan Lagi Fogging
- Data baru Badan Luar Angkasa Amerika (NASA) menunjukkan bahwa suhu akan semakin panas di akhir abad ini. Bahkan, mereka membuat peta suhu yang menunjukkan ada sebagian besar wilayah yang dihampiri suhu panas lebih dari 45 derajat celsius.

Atasi Krisis Energi Harus dengan Kerja Lintas Sektoral

NASA menyimpulkan, hal ini berdasarkan prediksi dari perubahan iklim yang kerap terjadi setiap waktu. Perubahan iklim mampu menaikkan kadar karbon dioksisa dan menciptakan level suhu panas yang berbeda-beda di setiap wilayah, atau kota.
Belasan Basis Militer AS Bisa Lenyap Akibat Perubahan Iklim


Dari kesimpulan itu, NASA pun membuat sebuah peta yang bisa memperlihatkan gambaran suhu udara suatu wilayah sampai Juli 2100. Saat itu, kadar karbon dioksida di atmosfir akan mencapai 935 parts per million (ppm). Artinya, kandungan gas di atmosfir mencapai 0,1 persen.


Awal tahun ini diketahui bahwa kadar karbon dioksida di atmosfir bumi mencapai 400 ppm. Dalam prakiraan NASA, di akhir abad ini, kadar karbon dioksida di atmosfir akan mencapai dua kali lipat. Hal ini, berarti di beberapa wilayah seperti Afrika, Amerika Selatan, dan India, akan mengalami suhu panas rata-rata mencapai 45 derajat celsius. Demikian juga di New York, Los Angeles dan Mumbai yang hampir mencapai angka tersebut.


"NASA sangat bertanggung jawab untuk mempelajari tentang planet kita dari luar angkasa. Kami juga harus menciptakan produk yang bisa membantu menyelamatkan peradaban manusia di masa depan. Dengan serangkaian data global yang baru ini, semua orang di dunia diharapkan bisa menggunakannya untuk mencari cara menanggulangi planet yang semakin panas ini," ujar Kepala Tim Ilmuwan di NASA, Ellen Stofan, seperti dikutip dari
Daily Mail
, Selasa 16 Juni 2015.


Diharapkan, data ini juga bisa membantu para ilmuwan untuk lebih mengerti mengenai resiko perubahan iklim. Dengan harapan, bisa segera mengatasinya. Bahkan, data ini juga bisa digunakan oleh pemerintah negara untuk mengantisipasi bencana akibat perubahan iklim, baik kekeringan, banjir, gelombang panas, sampai hilangnya produktivitas pertanian.


Data baru NASA, yang berukuran total 11 terabytes, mengintegrasikan pengukuran aktual dari seluruh dunia dengan data simulasi iklim. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya