Wamenlu Bicara Soal Keamanan Siber Atasi Rawan Nuklir

Simposium Nasional Cyber Security
Sumber :
  • Viva.co.id/Amal Nur Ngazis
VIVA.co.id
31 WNA Pelaku Cyber Crime Dideportasi dari Indonesia
- Serangan siber bisa dimanfaatkan untuk menyasar atau mengendalikan berbagai sistem. Salah satunya dimanfaatkan untuk terorisme menggunakan nuklir.

Diduga Terlibat Cyber Crime, Polda Metro Bekuk 31 WNA

Senjata nuklir bisa dikendalikan secara konvensional yaitu melalui kinetik dan penggunaan malware. Salah satu kasus yaitu munculnya malware Stuxnet yang menyasar instalasi nuklir Iran.
Hacker Jajakan 200 Juta Akun Pengguna Yahoo


Menanggapi kemungkinan ancaman keamanan dari nuklir, Wakil Menteri Luar Negeri, Abdurrahman M Fachrir mengungkapkan betapa besar ancaman teror nuklir sehingga dunia harus memiliki perjanjian terkait hal ini.


"Saat ini sudah ada traktat untuk tak kembangkan senjata nuklir," kata dia dalam Simposium Cybersecurity di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu 3 Juni 2015.


Abdurrahman mengatakan, dalam literasi pengesahan penggunaan nuklir, meliputi dua aspek, yaitu pemilik atau pengembang nuklir dan negara yang tak memiliki sumber daya nuklir.


"Yang punya senjata nuklir, pada traktat itu, harus mulai melucuti senjata. Sebab persenjataan nuklir itu bisa hancurkan dunia tiga kali," kata dia.


Bahkan menurutnya, negara yang menciptakan senjata nuklir berpotensi terkena serangan pengembangan senjata nuklir tersebut.


"Dengan dasar tersebut maka yang bertanggung jawab adalah yang punya senjata, sebab nuklir bisa dicuri. Jadi dalam hal ini bukan terorisme yang disalahkan tapi negara yang mempraktekkan itu yang disalahkan," ujar dia.


Mengingat ancaman senjata nuklir yang potensial disasar melalui serangan siber, maka sudah seharusnya, kata dia, negara pemilik nuklir wajib memproteksi lingkungan nuklirnya.


Dalam kesempatan ini, Abdurrahman menegaskan Indonesia akan terus lantang meminta negara pemilik senjata nuklir agar menaati kesepakatan traktat soal nuklir.


"Pemilik senjata kami tagih janji agar kurangi atau lucuti senjata nuklir yang mereka miliki," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya