Tantangan Ini Bisa Gagalkan Pencarian Kehidupan di Mars

Curiosity sedang mengambil sampel tanah Mars.
Sumber :
  • NASA

VIVA.co.id - Misi pencarian unsur kehidupan di Planet Mars memang terus digelorakan. Temuan unsur kehidupan itu bisa memperkuat jalan untuk menjadikan Planet Merah sebagai lokasi koloni dan tempat tinggal manusia di masa depan.

Namun peneliti mengungkapkan pencarian itu penuh tantangan, baik kondisi lingkungan maupun pencarian senyawa organik. Nah, belum lama ini peneliti Imperial College London mengungkapkan beberapa hal yang bisa menggagalkan pencarian unsur kehiduapn di Mars.

Melansir New Scientist, Jumat 20 Februari 2015, faktor yang mengancam itu adalah soal keadaan mineral di Planet Mars. Disebutkan untuk menemukan senyawa organik, salah satu caranya, peneliti memanaskan mineral yang disebut jarosit, pada planet tersebut.

Mekanisme ini berangkat dari keyakinan, komet, meteorit dan debu partikel antarplanet telah membawa bahan organik ke Mars di masa lalu. 

Pada misi pertama kali di Mars pada 1976 melalui kendaraan penjelajah Viking, tak mampu menemukan senyawa organik yang dimaksud. Peneliti pun heran kenapa senyawa tak ditemukan.

Keganjilan itu mendapatkan sedikit titik terang pada misi penjelajan Phoenix pada 2008. Misi ini menemukan perchlorates, senyawa yang menggabungkan klorin dan oksigen. Saat dipanaskan, perchlorates merusak dan melepaskan atom oksigen yang kemudian membagi molekul organik terpisah.

Perchlorates dianggap sebagai satu-satunya mineral yang berpengaruh negatif pada deteksi senyawa organik.

James Lewis, peneliti Imperial College London mengatakan kehadiran perchlorates juga menandai pergeseran iklim Mars.

Tapi misi terbaru Mars melalui kendaraan penjelajah Curiosity menemukan bukti pertama adanya jarosit. Hal ini memberi peluang.

Untuk mendalaminya, Lewis dan tim peneliti memang tidak mengambil mengambil sampel mineral langsung di Mars. Sebab peneliti menemukan jarosit yang terbentuk di Pulau Brownsea, Inggris.

Tim Lewis kemudian membawa sampel mineral ke laboratorium dan menggiling menjadi bubuk. Peneliti memanaskan mineral itu dalam kadar 400 hingga 1000 derajat celcius. Teknik ini mirip dengan instrumen Sample Analysis at Mars (SAM) milik Curiosity.

"Hasilnya, kami tak pernah mendeteksi organik yang kita tahu mungkin ada pada sampel," kata dia.

Peneliti tak melihat sulfur dioksida, karbon dioksida dan karbon monoksida dan air, yang diharapkan muncul pada pemanasan jarosit.

SpaceX Bikin Poster Tarik Minat Manusia Tinggal di Mars

Problem kendaraan

Peneliti pun yakin, jika Curiosity melakukan hal serupa di Mars, tak akan menemukan senyawa organik.

2039, NASA Bisa Kirim Astronot ke Mars

Sementara harapan pada kendaraan penjelajan milik Badan Antariksa Eropa (ESA), ExoMars, yang diluncurkan 2018, tak begitu menjanjikan. Sebab ExoMars juga menggunakan teknik pemanasan mineral yang sama.

Namun demikian, penasehat Lewis, Mark Sephton menekankan harapan masih ada pada pemilihan sampel yang lebih tepat untuk dianalisa. Ia menyarankan misi untuk menafsirkan materi yang membusuk untuk menemukan organik.

Peneliti tim SAM Curiosity, Jennifer Eigenbrode juga mengakui kelemahan teknik analisa pembakaran mineral. Namun ia menolak untuk menyerah. Instrumen SAM, kata dia, masih bisa menemukan organik dalam tanah Mars.

"Kuncinya adalah terus bereksperimen dan mencari organik dengan cara yang berbeda. Itulah yang dilakukan SAM," ujar Eigenbrode.

Baca juga:

Nitrogen Ditemukan, Kehidupan Mars Dimulai
India sukses luncurkan misi ke Mars

NASA Terima Rp759 Miliar untuk Buku Panduan Hidup di Mars

Selama ini belum ada panduan yang tepat bagi astronot.

img_title
VIVA.co.id
31 Desember 2015