Dokter Simpan 1.600 Jantung Manusia untuk Penelitian

Ilustrasi alat atau monitor detak jantung
Sumber :
  • iStock

VIVA.co.id - Para dokter di London, Inggris, diketahui menyimpang ribuan jantung manusia. Namun tidak dalam bentuk fisik, melainkan dalam bentuk data di komputer.

Pengumpulan jantung itu merupakan upaya para dokter untuk bisa membandingkan data jantung manusia satu dengan manusia lain, beserta dengan gennya. Dengan demikian mereka berharap bisa menemukan jenis pengobatan baru.

Hal ini juga menunjukkan adanya pola penelitian baru yang dilakukan. Para peneliti tidak lagi menggunakan data fisik melainkan data komputer. Ini sekaligus pembuktian jika teknologi Big Data telah memasuki ranah medis dan penelitian

Para peneliti itu berasal dari Dewan Peneliti Medis Pusat Klinis Sains Rumah Sakit Hammersmith. Mereka berhasil memindai informasi detil terkait jantung 1.600 pasien, dalam bentuk video tiga dimensi. Mereka juga mengumpulkan informasi genetik dari setiap relawan.

"Ada sebuah hubungan yang rumit antara gen manusia dan penyakit jantung dan kami masih berusaha untuk mengurainya. Dengan menggunakan gambar tiga dimensi jantung, kami mulai mendapat gambaran yang jelas dan pemahaman yang lebih baik antara sebab dan akibat penyakit jantung.

Empat Penyebab Tak Terduga dari Serangan Jantung

Dengan demikian kami berharap bisa memberikan pengobatan yang benar di saat yang tepat," ujar Dr. Declan O'Regan, yang terlibat dalam studi jantung tersebut, seperti dikutip BBC, Senin 16 Februari 2015.

Big Data, yang melibatkan sejumlah besar data untuk berbagai macam kepentingan memang telah masuk ke sejumlah lini kehidupan. Sebelumnya, Institut Bioinformatika Eropa (EBI) di Cambridge mengaku telah menyimpan puluhan ribu kode genetik dari berbagai spesies tanaman dan hewan. Jika disimpan dalam laptop, data-data itu membutuhkan sekitar 5.000 unit laptop.

Bahkan, untuk mengetahui cara kerja otak manusia, peneliti dari Institute of Neuroimaging and Informatics di University of Southern California telah menyimpan sekitar 30.000 detail gambar otak tiga dimensi yang berhasil dipindai. Jumlah itu membutuhkan ruang penyimpanan setara dengan 10.000 laptop.

"Sekarang kita tidak perlu khawatir mengukur banyak hal, mulai dari manusia, laut, sampai semesta. Kita bisa yakin mampu mengumpulkan data dan mengekstrak beberapa pengetahuan tambahan dari situ. Era Big Data telah mulai mengubah pola suatu penelitian dilakukan," ujar Prof. Ewan Birney dari EBI. (ren)

BACA JUGA:

Jangan Sepelekan Jantung yang Berdebar

jpg

Awas, Risiko Penyakit Jantung Muncul sebelum Menopause

Pertimbangkan untuk merubah gaya hidup menjadi lebih baik.

img_title
VIVA.co.id
9 Agustus 2016