NASA Tunda Peluncuran Satelit yang Prediksi Banjir Bumi

Satelit SMAP (Foto ilustrasi).
Sumber :
  • www.space.com

VIVA.co.id - Badan Antariksa Nasional AS (NASA) gagal meluncurkan satelit khusus yang mengukur kelembapan tanah Bumi, yang dijadwalkan kemarin. Badan pemerintah AS itu menunda peluncuran beberapa menit sebelum jadwal yang ditentukan, akibat adanya angin kencang.

Jangkau Nasabah Pedesaan, BRI Akan Luncurkan Satelit

Melansir Space.com, Jumat 30 Januari 2015, sedianya satelit yang dinamai Soil Moisture Active Passive (SMAP) akan diluncurkan dengan bantuan roket United Launch Alliance Delta II dari fasilitas NASA di Vandenberg Air Force, California.

Pejabat NASA memutuskan untuk menunda peluncuran hanya tiga menit sebelum diluncurkan. Kini, NASA tengah merencanakan peluncuran ulang sehari berikutnya.

"Kami telah memiliki hitung mundur yang indah, semua siap termasuk pada roket Delta II, pesawat antariksa juga tak ada masalah. Sayangnya, angin tingkat tinggi tidak memungkinkan untuk membuat Delta meluncur secara aman," kata Tim Dunn, Manajer Peluncuran NASA dalam pengumumannya.

NASA berpeluang akan meluncurkan satelit itu pada hari ini, sebab perkiraaan cuaca pada Jumat ini bersahabat.

Untuk diketahui, satelit SMAP didesain untuk memantau kadar air tanah di Bumi. Diharapkan setiap dua atau tiga hari, satelit ini bisa membuat peta global kelembapan tanah. Ilmuwan juga berharap satelit ini menyediakan data tentang kekeringan dan banjir yang lebih detail.

NASA menyebutkan informasi kelembapan tanah bisa membantu peneliti lebih baik dalam memperkirakan cuaca dan memahami sifat alami air, energi dan siklus karbon Bumi.

Kepala Tim Sains SMAP, Dara Entekhabi menyebutkan satelit tersebut bisa menjalankan dua domain berbeda. Pertama, menjalankan misi mempelajari bagaimana dampak dan metabolisme lingkungan. Kedua, dampak pada kehidupan sehari-hari.

Rencananya, satelit itu akan menjalankan misi selama tiga tahun dan bergabung dengan misi monitoring Bumi yang lain. SMAP akan berada di atas orbit polar Bumi dengan ketinggian 685 km di atas permukaan Bumi.

Pembuatan satelit berukuran 6 meter itu menghabiskan biaya US$916 juta (Rp11,5 triliun). (art)

Baca juga:

Alien Ciptakan Swastika di Kazakhstan?

NASA Rilis Foto Terbaru Rupa Bumi

Ilustrasi kumpulan sensor kebakaran hutan pada satelit

Teknologi Baru NASA Ini Cepat Deteksi Kebakaran Hutan

Dalam tiga menit sudah bisa deteksi kebakaran hutan dari antariksa.

img_title
VIVA.co.id
20 November 2015