Ganja Jadi Topik Populer di Twitter

Ganja
Sumber :
  • Clarepeople.com
VIVA.co.id
4 Dampak Buruk Sering Eksis di Media Sosial
- Sebuah studi mengungkapkan bagaimana ganja menjadi topik yang sangat populer di media sosial, khususnya Twitter. Bahkan, dalam studi tersebut ditemukan ganja sangat mendominasi.

Sosial Media Versus Diari, Beda Zaman Beda Cara Sosialisasi

Penulis utama sekaligus psikiater, Dr. Patricia Cavazos-Rehg dari University Institute for Public Health mengatakan ada lebih dari tujuh juta hashtag (tagar) yang bermuatan marijuana setiap bulannya.
Twitter Hadirkan #Blueroom di RI, Pertama di Asia Tenggara


Tagar yang bermuatan ganja, yang dimaksud seperti, "joint", "weed", "stoner", dan "bong" dengan total hastag mencapai 7,6 juta kicauan per bulannya.


Penelitian tersebut berlangsung antara 5 Februari hingga 5 Maret tahun lalu dengan cara melakukan pencarian hastag melalui komputer. Hasilnya, dengan pemeriksaan sampel acak dari tujuh ribu akun menyatakan 77 persen pro-ganja, 5 persen menolak, dan 18 persennya netral.


Bila dijabarkan, kicauan yang menyatakan setuju akan marijuana mencapai 50 juta akun, sementara yang menolak ada 12 juta akun.


"Ini menjadi perhatian karena penggunaan ganja dapat mempengaruhi struktur otak, mengganggu fungsi kognitif, perkembangan emosional, dan prestasi akademik," ujar Dr. Cavazos-Rehg dilansir dari
Daily Mail
, Selasa, 27 Januari 2015.


Meski ada yang menggunakan untuk keperluan medis, namun menurut Dr. Cavazos-Regh khawatir penggunaan ganja, terlebih dengan interaksi melalui media sosial, akan meningkatkan penyalahgunaan zat terlarang itu.


"Banyak orang percaya penggunaan ganja tidak berbahaya, tetapi percakapan di media sosial hampir pasti mendorong opini agar obat (ganja) itu diterima sosial," jelasnya.


Dr. Cavazos-Regh belum bisa memastikan pengaruh kicauan di Twitter dengan meningkatnya penggunaan ganja di kehidupan sebenarnya.


"Meskipun belum bisa menghubungkan kicauan (ganja) dengan penggunaan narkoba yang sebenarnya, kita harus khawatir, banyak yang bereksperimen dengan obat-obatan dan menjadi pengguna narkoba," tutur dia.


Temuan ini kemudian diterbitkan dalam Journal of Adolescent Health.


Baca juga:


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya