Aplikasi Go-Jek Membuat Ojek Lebih Profesional

CEO Go-Jek, Nadiem Makarim
Sumber :
  • Vivanews/Agus

VIVA.co.id - Selain ingin mempermudah konsumennya dengan mengandalkan aplikasi mobile, Go-Jek ingin membuat komunitas ojek lebih profesional.

Chief Executive Ojek (CEO) PT. Go-Jek Indonesia, Nadiem Makarim menegaskan, dengan aplikasi besutannya, setiap pengguna dapat mengetahui biaya yang mesti dikeluarkan dengan transparan sehingga tidak berupa 'tarif todongan' yang memberatkan konsumen.

"Peluncuran Go-Jek Mobile App merupakan lompatan ke depan yang revolusioner dalam transportasi ojek di Indonesia karena pengemudi ojek kini dapat berinteraksi dengan konsumennya melalui smartphone mereka," ujar Nadiem di kawasan SCBD, Jakarta, Selasa, 20 Januari 2015.

Ia menjelaskan, interaksi tersebut berupa informasi identitas pengemudi Go-Jek yang akan menjemput, beserta foto dan nomor teleponnya. Selain itu juga, konsumen dapat melihat pengemudi Go-Jek secara real time dengan memantau menggunakan GPS dari ponsel pintarnya.

"Hal ini akan semakin meningkatkan reputasi ojek dari sekedar sarana transportasi darurat menjadi alat transportasi serbaguna untuk transportasi, pengiriman cepat, dan berbelanja. Kini, semuanya bisa dilakukan dari genggaman tanpa perlu lagi menghubungi call center," ungkapnya.

Ubah Citra Ojek

Disampaikan Nadiem, keberadaan Go-Jek untuk mendorong sektor transportasi seperti ojek untuk menjadi sarana angkutan umum yang profesional. Go-Jek, lanjut dia, mentrasformasi para pengemudi ojek dari pekerjaan serabutan, dengan pendapatan tukang ojek yang jauh lebih baik.

"Kami ingin membantu pendapatan tukang ojek yang tak menentu setiap harinya. Tercatat, pendapatan mereka setelah bergabung dengan Go-Jek, naik 30 hingga 100 persen," kata dia.

Nadiem menegaskan bahwa skema antara perusahaannya dengan pengemudinya bersifat mitra, bukan pegawai.

"Jadi, kalau mereka melakukan kerja sambilan, selain menjadi driver Go-Jek, itu bisa saja, asal jangan office hour," ungkapnya.

Nadiem menolak memberi informasi terkait pembagian hasil dari setiap transaksi pengemudinya. Namun, berdasarkan  pengakuan dari salah satu pengumudi Go-Jek, pembagian tersebut 80 persen untuk pengemudi, sementara 20 persennya untuk Go-Jek.

"Jadi, 80-20, dimana 80 persen untuk kami, sedangkan 20 untuk perusahaan. Transaksi itu berlaku ketika konsumen menggunakan mobile app," kata pria itu.

Startup Indonesia Gembira Bisa 'Naik Haji' ke Silicon Valley

Baca juga:

E-Commerce 'Bonek' Berambisi Taklukkan Ibu Kota
Startup yang akan berguru ke markas Google

Enam Startup Indonesia Kembali Berguru ke Markas Google

Ini merupakan gelombang kedua startup Indonesia yang digembleng Google

img_title
VIVA.co.id
9 Agustus 2016