Studi: 75 Persen Netizen Akses Situs Pelecehan Anak

Ilustrasi pelecehan seksual.
Sumber :
  • ANTARA Foto

VIVAnews - Sebuah studi mengungkapkan nitizen lebih menyukai situs yang memuat mengenai gambar pelecehan seksual terhadap anak dibandingkan dengan situs lainnya.

Tak ayal, hasil dari penelitian ini cukup mengejutkan. Pasalnya, pada awalnya peneliti studi ini hanya ingin mengungkap bagaimana lalu lintas nitezen saat berkunjung pada situs-situs yang dianggapnya menarik.

Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Gareth Owen dari University of Portsmouth, Inggris, dilansir BBC, Rabu, 31 Desember 2014, menggunakan jaringan anonim atau The Onion Router (TOR). Diketahui, TOR merupakan server yang dapat membuat penggunanya menjadi anonim ketika berselancar di internet karena menyembunyikan IP Address sang pengguna, dibanding IP dari proxy server.

Selama penelitian yang berlangsung enam bulan tersebut, Dr Owen dan rekan-rekannya setidaknya melihat sekitar 80 ribu situs tersembunyi di TOR. Dari puluhan ribu tersebut situs yang menjajakan obat-obatan terlarang menjadi populer, namun situs tersebut kalah jauh dibandingkan dengan laman yang memuat gambar pelecehan terhadap anak.

Dr. Owen mengamati aktivitas dari para nitizen anonim tersebut sering mengunjungi situs seperti mengenai pasar gelap, situs penipuan, layanan surat, tentang mata uang virtual, Bitcoin. Namun, website tersembunyi hanya selintas yang pada akhirnya ke situs pelecehan seksual yang dianggap nitizen penasaran untuk dikunjungi.

"Sekitar 75 persen dari lalu lintas yang diamati dalam penelitian ini berakhir di situs pelecehan. Ketika kami menemukan ini, kita tercengang. Ini bukan apa yang kita harapkan sama sekali," ungkapnya.

Namun Dr. Owen mengatakan dirinya bersama rekan-rekannya tidak bisa mendeteksi netizen yang mengunjungi situs tersebut itu merupakan dari orang atau kinerja yang dioperasikan pada mesin.

"Ini tidak sesederhana seperti yang dilihat. Ini mungkin terlihat seperti banyak yang mengunjungi situs tersebut, tapi sulit untuk menyimpulkan mengenai informasinya. Namun, kami ingin penegak hukum dan lembaga-lembaga lain dapat bertanggungjawab atas lalu lintas tersebut," kata Dr. Owen.

Roger Dingledine, salah satu pengembangan TOR mengatakan metodologi penelitian yang menggunakan jaringan anonim ini sulit untuk ditarik kesimpulannya untuk mengetahui perilaku orang saat menggunakan layanan internet.

"Kegunaan dari layanan tersembunyi ini (TOR) seperti ketika para aktivis hak asasi manusia menggunakan untuk mengakses Facebook atau blog anonim. Layanan ini baru dan memiliki potensi besar," ucapnya.

Pemain Bintang Jakarta Pertamina Enduro Tampil di Laga Persahabatan Lawan Red Sparks

Baca juga:

Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Usut Dugaan Plagiat Prof Kumba Digdowiseiso

Semua Pihak Diminta Tunjukan Kedewasaan Politik dan Menerima dengan Lapang Dada Hasil Pemilu

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya