Studi: 2015 adalah Era Anti Teknologi

Ilustrasi pengguna ponsel atau smartphone.
Sumber :
  • iStock

VIVAnews - Era mobile yang disimbolkan dengan booming-nya gadget dan update status di jejaring sosial diprediksi bakal antiklimaks. Para ahli memperkirakan tahun depan, era gadget dan media sosial bakal merosot, dan dengan demikian 2015 dikatakan sebagai tahun anti gadget.

Melansir Daily Mail, Rabu 17 Desember 2014, klaim itu disampaikan ahli badan komunikasi Hotwire yang memprediksi pada tahun depan pengguna bakal melupakan gadget, jejaring sosial, dan teknologi lain demi kehidupan yang sederhana.

"Sementara itu, ada banyak tangan pengadopsi berebutan menggunakan jam tangan pintar atau iPhone, ada banyak kelompok anak yang jauh lebih dingin berusaha tak menggunakan teknologi sama sekali," tulis laporan yang bertajuk Digital Trend Report itu.

Maka, peneliti menggambarkan kondisi tahun depan adalah era neo-Luddite. Era ini menggambarkan kondisi seseorang yang meyakini dengan menggunakan teknologi dan sains akan memiliki dampak moral serta sosial.

Prediksi menurunnya era gadget dan era anti teknologi itu dilandasi oleh pertumbuhkan iklan yang bertubi-tubi di aplikasi, situs maupun layar perangkat. Hal ini membuat pengguna makin terganggu dan merasa mulai bosan untuk kontak dengan teknologi.

"Begitu banyak (iklan), sehingga mereka lebih senang berpisah untuk bertukar dengan fasilitas lain, untuk menyingkirkan iklan," jelas hasil laporan itu.

Perkiraan para ahli itu tampaknya tak bualan semata. Laporan ini didukung dengan tren penurunan netizen Inggris dalam kunjungan mingguan ke jejaring sosial. Jika periode yang sama tahun lalu, jumlah kunjungan mencapai 65 persen, pada periode yang sama tahun ini merosot menjadi 56 persen.

Tren penurunan di Inggris ini juga melanda Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jepang, dengan tingkat penurunan yang lebih rendah.

Sinyal orang mulai bosan dengan teknologi juga dapat dilihat dari popularitas handset palsu, noPhone, yang dimunculkan dari kampanye pendanaan Kickstarter. Handset ini diinisiasi tim pengembang.

Awalnya, noPhone hanyalah keisengan para pengembang sebagai simbol agar orang berhenti dari kecanduan teknologi. Namun, malahan handset palsu ini justru makin populer dan mendorong untuk diwujudkan dalam versi nyata.

Dalam deskripsinya, noPhone dijelaskan sebagai sebuah antitesa perangkat pintar saat ini. Handset noPhone mampu "meringankan perasaan pengguna", punya "fitur unggulan" misalnya bebas baterai, tak perlu perangkat lunak, anti pecah dan tahan air. Seakan fitur ini menyindir ponsel pintar yang ada saat ini.

Peneliti juga mengajukan fakta lain untuk menguatkan gagasan munculnya era anti teknologi. Disebutkan sebuah riset terbaru menemukan lebih dari setengah (53 persen) pemilik gadget di dunia mengakui menderita kecemasan saat mereka tak dapat menggunakan ponsel mereka.

Selain itu, jumlah orang yang dirawat karena kecanduan teknologi meningkat selama tahun lalu. Dan saat ini saja, sekitar satu dari delapan orang di Inggris menunjukkan sinyal kecanduan gadget mereka.

Tren Positif

Top Trending: Sosok Noni Belanda Jadi Anggota TNI sampai Polisi Beri Mahar Emas Palsu

Meski laporan Hotwire menyajikan fakta anti gadget, tapi laporan ini juga mengungkapkan beberapa kategori teknologi akan tetap berkembang.

Laporan menyebutkan, tahun depan lebih dari 60 persen orang sudah menggunakan lebih dari satu perangkat. Hal ini bakal terus meningkat jika harga tablet makin murah. Laporan juga mengatakan tahun depan produk wearable bakal lebih banyak diadopsi. (art)

Baca juga:

Pendeta Ini Ajak Jemaatnya Untuk Masuk ke Masjid dan Ungkap Hal Tak Terduga Ini
Pemain Timnas Indonesia, Jay Idzes

Mengejutkan! Rangking FIFA 8 Negara Eropa Ini Ada di Bawah Timnas Indonesia

Timnas Indonesia mengalami lonjakan peringkat yang cukup signifikan. Kini, rangking FIFA Indonesia ada di peringkat 134. Ada 8 negara Eropa yang peringkatnya di bawah.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024