Insinyur Muda Buat Inovasi IPAL Murah dan Sederhana

Pengolahan Limbah Makanan dan Minuman
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVAnews - Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sering dimanfaatkan agar limbah menjadi air untuk digunakan kembali oleh beberapa instansi. Namun, masalahnya selama ini IPAL sering terkendala dengan biaya yang cukup mahal.

Melihat hal itu, insiyur muda, Edwin Permana pun menciptakan teknologi IPAL sederhana mudah dan murah, yang diklaim lebih efisiensi dan terjangkau dibandingkan dengan IPAL yang telah ada saat ini.

Waktu Idel untuk Kencing Setiap Hari, Laki-laki Harus Tahu Agar Prostat Tetap Sehat

Penemuan yang dinamai Mursitt, kepanjangan dari Mudah, Murah, Sederhana, Efektif, Teruji, dan Terpadu.

"Problem sosial di masyarakat saat ini itu mengharuskan menggunakan IPAL yang mahal rata-rata harganya Rp1 miliar. Namun, kami mampu membuat yang harganya hanya seperempatnya," ujar Edwin di Rumah Sakit Bedah Plastik Bina Estetika, Jakarta, Rabu 3 Desember 2014.

Edwin melanjutkan, murahnya biaya penanggulangan air limbah itu berkat penggunaan bahan material yang ada disekitarnya, seperti blower akuarium, botol yakult, tempurung kelapa, dan lainnya.

"Berbeda dengan IPAL yang ada saat ini, yang menggunakan bahan dari luar negeri dan menggunakan pompa air, itu yang membuat jadi boros listrik," ungkapnya.

Selain itu juga, IPAL yang beredar saat ini tidak menggunakan perhitungan. Jadi, bentuknya hanya langsung dipakai tanpa memperhitungkan jumlah limbah dan filternya. Selain itu, kata dia, IPAL saat ini menggunakan pompa besar serta biaya ahli yang mengeluarkan banyak uang. "Sehingga hasilnya pun air yang jauh dari kualitas standar," ucap dia.

Teknologi IPAL yang dibesut Edwin merupakan lanjutan dari penemuan sebelumnya milik dosennya, Abi Wiwoho di Politeknik Kesehetan Menkes Jakarta II. Kemudian, di tangan Edwin, IPAL dikembangkan kembali menjadi lebih baik lagi melalui skripsinya.

"Saya menggunakan cara Amati, Tiru, dan Modifikasi. Penemuan guru saya itu ditambahkan hasil buku-buku yang saya baca. Jadi, semua limbah bisa diolah kecuali B3 dan logam berat," jelasnya.

Hasilnya cukup mengejutkan. Dari yang asal mulanya limbah dengan warna dominan gelap, setelah melalui IPAL buatannya menjadi putih jernih kembali seperti semula.

Inovasi yang dilakukan oleh dosen muda di Politeknik Kesehetan Menkes Jakarta II itu mendapatkan penghargaan dalam kontes Smart Living Challange. Pada minggu ini, Edwin direncanakan akan untuk menghadiri undangan di acara Nobel Week di Stockholm, Swedia.

Dubes Swedia untuk Indonesia, Johanna Bismar Skoog pun tertarik dengan inovasi yang dilakukan Edwin. Ia pun langsung meninjau hasil kerja IPAL sederhananya yang sudah diimpelentasikan di Rumah Sakit Bedah Plastik Bina Estetika.

"Ini sungguh luar biasa. Hasil inovasi ini memungkinkan kedepannya untuk dijadikan bisnis komersial, sehingga lingkungan menjadi lebih baik," ucapnya.

Cara Kerja

Edwin menjelaskan cara kerja Mursitt cukup mudah yang mana semuanya bisa dikendalikan di atas tanpa harus sering dikuras, sehingga bisa menekan biaya opersional.

"IPAL ini cukup dikuras minimal sudah dua tahun digunanakan. Jadi, tidak perlu sering dikuras," kata dia.

Setiap limbah yang diolah, kata Edwin, mula-mula dipisahkan ke dalam masing-masing tangki yang sudah dibuat berbentuk kotak.

"Masing-masing untuk limbah pada tahap awal dibedakan terlebih dahulu, kemudian didiamkan terlebih dahulu. Setelah itu masuk ke equalisasi yang mencampurkan limbah tersebut," ungkapnya.

Lalu, lanjut dia, masuk ke tangki pengendapan awal. Setelah itu baru masuk ke biofilter anaerob, anoxic, dan aerob.

"Untuk biofilter ini menggunakan material yang mudah ditemukan di Indonesia seperti botol yakult dan tempurung kelapa. Pada tangki ini, bakteri limbah itu sehingga pada hasilnya menjadi air seperti semula," jelasnya.

Edwin mengungkapkan IPAL buatannya dapat dikembangkan di rumah sakit, puskesmas, apartemen, hotel, kantor, rumah tinggal, industri, dan lainnya.

"Namun, sekitar 90 persen yang tertarik itu rumah sakit karena banyak limbahnya. Kalau untuk rumah tinggal, kami gratiskan untuk mereka," kata dia.

Baca juga:

Gus Miftah Curiga Jokowi Pilih Bahlil Lahadalia Jadi Menteri Karena Lucu, Bukan Prestasi



VIVA Otomotif: Ilustrasi pelumas atau oli

Kementerian Perdagangan dan Penegak Hukum Diminta Lebih Tegas Tangani Peredaran Oli Palsu

Terkait hal tersebut, pihak PB KAMI mendesak Kementerian Perdagangan segera melakukan pengecekan kembali perizinan serta menutup pabrik pabrik yang memproduksi oli palsu.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024