NASA Rilis Peredaran Karbondioksida di Atmosfer

Karbondioksida di atmosfer
Sumber :
  • NASA?GEOS
VIVAnews
Freeport Boss Meets Jokowi to Discuss Mining Contract Extension
- Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), belum lama ini merilis sebuah video yang memetakan bagaimana karbon dioksida berkembang di Bumi dalam setahun. Terlihat, Bumi daerah Utara paling banyak dominan dalam penghasilan gas tersebut di atmosfer, dibandingkan dengan bagian Selatan Bumi.

Hadiri Buka Puasa Partai Golkar, Prabowo-Gibran Duduk Semeja dengan Airlangga

Meski NASA mengambil model sampel tersebut dari Januari-Desember 2006, namun hal itu bisa menjadi informasi mengenai peredaran karbon dioksida yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Jumat Agung, Presiden Jokowi Ajak Resapi Makna Pengorbanan Yesus Kristus


Video yang bernama Nature Run ini, dikutip dari laman
Daily Mail
, Kamis 20 November 2014, menggunakan komputer dengan resolusi tinggi. Mereka menggunakan model GEOS-5 yang dibuat dari tangan ilmuwan Goddard Space Flight Centre Global Modeling NASA dan Assimilation Office.


"Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang paling penting dipengaruhi dari aktivitas manusia. Sekitar setengah dari karbon dioksida berasal dari pembakaran bahan bakar ,sehingga menetap di atmosfer, sedangkan separuh lainnya dari tanah dan laut," ujar ilmuwan iklim NASA, Bill Putman.


Keberadaan karbon dioksida ini ditandai dengan warna merah muda, kemudian warna abu-abu mempresentasikan sebagai karbon monoksida.


Video tersebut menunjukkan belahan Bumi utara mempunyai konsentrasi tinggi yang diperkirakan bersumber dari emisi seluruh warga Amerika Utara, Eropa, serta Asia. Sedangkan, Bumi bagian Selatan yang dihuni oleh Afrika dan Australia, terlihat ada karbon monoksida yang merupakan gas berbahaya yang berasal dari kebakaran selama musim panas.


Putman menjelaskan, bagaimana gas tidak menetap pada satu tempat, seperti karbon dioksida yang dikendalikan oleh cuaca skala besar dalam sirkulasi global. Pada musim semi tanamanan di Bumi Utara, banyak menyerap gas tersebut melalui proses fotosintesis.


Ia menambahkan, beberapa gas di atmosfer menampakkan perubahan dari merah, ungu menjadi hijau, lalu kuning dan biru, hal ini terjadi karena berdasarkan musim yang terdapat di Bumi.


"Sebagian tanaman mati selama musim gugur dan musim dingin, maka tingkat karbon dioksida mulai naik lagi. Meskipun ada perubahan berdasarkan musim, namun kita melihat gas karbon dioksida ini meningkat, sehingga menumpuk di atmosfer. Hal ini, berkontribusi terhadap tren jangka pangjang kenaikan suhu global," paparnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya