Drone Ambulan Ini Bisa Selamatkan Nyawa

Drone ambulan ciptaan Delft University
Sumber :
  • www.cnet.com/TU Delft

VIVAnews - Pesawat tak berawak alias drone tak hanya membantu untuk pengiriman logistik, paket atau kepentingan pengawasan lingkungan. Drone pun bisa dimanfaatkan untuk sebagai ambulan bagi seseorang dalam keadaan darurat, misalnya seseorang yang terkena serangan jantung.  Setidaknya drone ambulan bisa memotong waktu tempuh dengan cepat dan bisa dalam waktu singkat menolong keadaan genting seseorang.

Drone ambulan bukan hanya imajinais saja. Melansir Cnet, Jumat 31 Oktober 2014, ahli di Delft University, Belanda, Alec Momont, telah menciptakan drone yang didesain memiliki respon cepat menggantikan peran ambulan.

Drone khusus ini mampu terbang dengan kecepatan hingga 100 Km per jam. Layaknya peran ambulan, drone ini mendatangi seseorang dengan membawa defibrillator (stmulator detak jantung) dan peralatan yang menolong seseorang yang terkena penyakit jantung, sebelum ia mendapatkan pertolongan pertama.

"Sangat penting bahwa perawatan medis yang tepat disediakan dalam beberapa menit pertama saat seorang terkena serangan jantung," ujar Momont yang menciptakan drone bersama dengan perusahaan asal Belgia, Living Tomorrow.

Menuruntya, dengan mendatangkan drone ambulan pada awal seorang menderita serangan jantung, maka bisa memulihkan dan menyelamatkan nyawa seorang yang terkena penyakit jantung.

"Ini berlaku terutama untuk keadaan darurat seperti gagal jantung, orang korban banjir, orang yang bermasalah trauma dan pernapasan," kata dia.

Megawati Bersedia Bertemu Prabowo tapi Ada Syarat-syaratnya, Kata Elite PDIP

Momont menekankan defibrillator pada drone didesain cukup kecil sehingga mudah diangkut drone.

Video Livestreaming

Begini Kronologi Rezky Aditya Bergaya di Depan Media Korea Selatan


Mengingat drone sangat kecil, dan tak bisa menyertakan tenaga medis darurat, drone dilengkapi dengan audio dan sambungan video livestreaming. Fasilitas ini memungkinkan tenaga medis profesional memberi arahan kepada orang-orang di sekitar penderita serangan jantung. Petugas medis juga bisa melihat situasi sekitar melalui webcam dan berbicara dengan orang untuk pemasangan defibrilator.

Momont mengatakan pertolongan drone ambulan ini cukup mudah bagi orang tak terlatih sekalipun. Ia mengatakan saat ini memang hanya 20 persen orang tak terlatih bisa menggunakan defibrilator dengan bagus. Dan dengan instruksi melalui webcam tenaga profesional, Momont mengatakan angka kemampuan itu bisa meningkat jadi 90 persen.

Keberadaan drone ambulan ini dianggap cukup penting bila melihat angka kematian penderita serangan jantung di Uni Eropa. Menurut Momont dari sekitar 800 ribu penderita di Uni Eropa setiap tahun, hanya 8 persen yang bertahan hidup.

"Sebab utamanya yaitu waktu respon yang relatif lama dibanding layanan darurat, yaitu 10 menit. Sementara otak mati dan kematian terjadi dalam waktu empat sampai enam menit," ujar dia.

Drone ambulan besutannya, tegas Momont, bisa mengirimkan defibrilator dalam zona 12 Km persegi dalam waktu 1 menit. Dengan demikian kecepatan drone itu bisa menyelamatkan kehidupan penderita hingga 80 persen.

Misi drone ambulan ini cukup solutif, namun ada tantangan penerapan kendaraan tak berawak ini. Peraturan lalu lintas udara di Belanda melarang penggunaan drone otonom. Selain itu drone juga belum diuji secara nyata pada pasien serta perlu penyempurnaan sistem deteksi dan penghindaran objek.

Tapi Momont optimis, hambatan itu bisa dilalui dalam waktu lima tahun ke depan. Beberapa badan sektor medis, kata dia, telah menyatakan minat dengan drone itu.

Soal biaya kendaraan terbang ini, Momont menekankan seharusnya tak menjadi kendala untuk menyelamatkan nyawa seseorang.

"Biaya 15 ribu Euro (Rp227,7 juta) adalah jumlah yang wajar jika Anda mempertimbangkan jumlah nyawa yang bisa diselamatkan," tegasnya.

Ilustrasi kucing

Feline Lower Urinary Tract Disease: All Cat Lovers Need to Know

Feline lower urinary tract disease (FLUTD) is a term that refers to several conditions affecting your cat’s lower urinary tract, including the urethra (a thin tube that c

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024