Malaysia Lawan Malaria Pakai Drone

Drone senseFly eBee
Sumber :
  • www.mashable.com

VIVAnews - Negeri tetangga Indonesia, Malaysia punya cara cukup canggih untuk mengungkap parasit malaria (Plasmodium knowlesi) yang sering menginfeksi kera dan menular ke manusia melalui nyamuk.

Peneliti Negeri Jiran mengungkap bagaimana pola penyebaran parasit itu, dengan menggunakan drone atau pesawat tanpa awak yang disebut SenseFly eBee.

Jadi Gampang Sakit, Benarkah Stres Mempengaruhi Sistem Imun?

Drone kecil yang membawa kamera digital 16 MP dimanfaatkan untuk memetakan pola gerakan kera dan manusia yang ada di hutan wilayah Pulau Kalimantan Utara, Sabah.

Pengamatan melalui drone itu juga untuk mencari tahu mengapa parasit menyebar dari kera ke orang dengan frekuensi yang lebih besar.

"Apa yang kami lakukan yaitu menciptakan peta rinci, yang dapat menempatkan atau menghamparkan gerakan manusia dan kera," jelas Chris Drakeley, pakar infeksi dan kekebalan London School of Hygiene and Tropical Medicine, Inggris dilansir Live Science, Senin 27 Oktober 2014. Drakeley merupakan salah satu bagian dari tim peneliti.

Guna mengukur pola penyebaran parasit itu, peneliti memanfaatkan kera yang telah dipasang perangkat GPS dan warga yang menjelajahi hutan Sabah dengan membawa perangkat GPS.

Disebutkan drone mampu terbang selama 50 menit untuk menjalankan pendeteksian dan pengukuran. Drone juga diharapkan menunjukkan ke peneliti mengapa kedua spesies ini ditarik ke daerah-daerah tersebut.

Kuota Eropa Lengkap! Berikut 24 Tim yang Pastikan Tiket ke Piala Dunia Antarklub 2025

Sedangkan bekal GPS diharapkan membantu para peneliti menentukan di titik mana manusia dan kera paling mungkin berinteraksi.

Selain menggunakan drone untuk memotret masyarakat lokal yang terkena dampak parasit malaria ini, para peneliti juga mengumpulkan informasi tentang kera yang menjadi tuan rumah parasit.

Selama penerbangan drone baru-baru ini, satu drone yang dilengkapi dengan sensor infra merah, memungkinkan peneliti melihat di mana kera berkumpul, serta melihat berapa banyak kera yang cenderung berkumpul di satu daerah.

Jadwal Mobil SIM Keliling DKI Jakarta, Bogor, Bandung Jumat 19 April 2024

Penyebab penyakit

Cara baru deteksi parasit itu sekaligus untuk mengungkap metode yang lebih ilmiah penyebaran penyakit. Sebab di masa lalu dilaporkan cukup mudah melacak penebaran parasit.

Drakeley mengatakan di masa lalu, penyakit cenderung muncul hanya pada pria dewasa yang menghabiskan waktu di hutan untuk membakal lahan. Nyamuk yang sudah menghisap parasit pada kera kemudian menggigit manusia yang ke hutan dan akhirnya menyebabkan malaria. Namun peneliti menemukan kenyataan itu tak selamanya terjadi.

"Hipotesa itu dianggap relatif jarang dan interaksi yang sangat spesifik," jelas peneliti.

Ditambah lagi, kata Drakeley, baru-baru ini penyakit ini telah menjangkiti anak-anak, serta seluruh keluarga atau kelompok individu lainnya, yang tak pergi ke hutan.

Nah, melalui penelitian drone itu, tersingkap kemungkinan pembukaan lahan atau disebut hutan sekunder turut berkontribusi mengundang parasit.

Peneliti menjelaskan kera memanfaatkan pembukaan hutan sekunder sebagai jalan untuk bergerak dari satu titik ke titik lain.

"Menebang pohon-pohon berarti monyet mungkin harus bergerak lebih dekat ke rumah penduduk atau pemukiman lain, untuk menjangkiti ke mana mereka pergi," ujar peneliti.

Tapi menekankan pembukaan lahan skala kecil itu belum pasti yang menyebabkan penyebaran parasit. Kemungkinan penyebab parasit yang lain bisa saja adalah keberadaaan lahan peternakan.

Solusi cerdik

Penggunaan deteksi drone menjadi alternatif pemantauan menggunakan citra satelit. Memang selama ini citra satelit telah secara luas diadopsi memetakan pergerakan hewan, penyebaran penyakit manusia sampai lahan basah dangkal.

Namun citra satelit itu mendapatkan hambatan dengan adanya awan menggantung di udara pulau Kalimantan. Kondisi itu tak memaksimalkan pencitraan. Nah dalam hal ini drone menjadi alternatif, dengan area terbang yang di bawah awan. Disebutkan drone memungkinkan pemetaan perubahan lahan cukup baik, update, dan tentunya lebih hemat.

"Saya rasa ada banyak keuntungan drone, biaya relatif rendah, fakta Anda bisa mendapatkan lebih dekat dan detail yang lebih halus," jelas Stephen Morse, pakar epidemiologi Mailman School of Public Health, Columbia University, yang bukan bagian dari tim peneliti. Ia menganggap penggunaan drone adalah cara yang cerdik. (ita)

Baca juga :

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya