Gajah Mampu Deteksi Badai dari Jarak 241 Kilometer

Gajah Sri Lanka
Sumber :
  • Sri Lanka Tourism
VIVAnews -
Saudi Arabia Permits All Types of Visas to Perform Umrah
Singa dikenal sebagai raja hewan. Tapi, tak hanya singa yang memiliki kekuatan. Meski tak menyandang "gelar" raja hewan, gajah memiliki beberapa kemampuan yang mengesankan. Selain kemampuan ingatan, hewan besar ini ternyata memiliki kemampuan deteksi yang mengesankan.

3 Faktor Cegah Operasi Intelijen Siber, Jangan Terbalik

Penelitian Texas A&M University, Amerika Serikat, menemukan gajah mampu mendeteksi badai hujan dalam jarak yang cukup jauh, 150 mil atau setara 241 kilometer, melansir
Baru Lunas di Usia 45 Tahun, Meisya Siregar Ingatkan Gen Z Soal Rumah KPR
Daily Mail, Senin 20 Oktober 2014.

Kemampuan ini dipandang cukup bagus untuk mengarahkan hewan ternak guna mencari sumber air dan menjauhkan diri dari pemburu.


Melansir laman
PopSci,
deteksi jarak jauh itu berkat kemampuan pendengaran gajah dalam frekuensi yang rendah, bahkan frekuensi yang tak dapat didengar manusia.


Tak heran jika gajah kemudian bisa merasakan petir atau badai hujan dari jarak jauh. Diketahui, petir juga menghasilkan frekuensi rendah.


Sejauh ini, peneliti belum yakin unsur mana pada gajah yang menjadi penentu kemampuan deteksi jarak jauh itu. Namun, peneliti yakin atas kemampuan deteksi itu.


Untuk sampai pada kesimpulan kemampuan itu, peneliti sebelumnya mempelajari migrasi kawanan gajah di Namibia, kawasan Afrika bagian barat daya.


"Gajah tiba-tiba menjalami migrasi yang sebelumnya belum dapat dijelaskan," kata Oliver Frauenfeld, profesor geologi Texas A&M University.


Laman
PopSci
melaporkan, kemampuan deteksi itu tak begitu mengherankan bagi peneliti. Sebab, ukuran telinga gajah yang besar dianggap memiliki pendengaran yang baik dan dapat mendeteksi frekuensi sangat rendah.


Peneliti meyakini gajah dapat mendengar gemuruh dan hujan deras dari jarak bermil-mil, sebelum mendeteksi kemungkinan kapan cuaca tersebut akan mendekat wilayah yang mereka tempati.


Guna mengungkap kemampuan itu, peneliti menaruh pelacak GPS pada sembilan gajah berbeda selama tujuh tahun.


Dari pantauan ditemukan gajah selalu berubah cepat selama musim hujan di Namibia, yakni antara Januari dan Maret. Diketahui, wilayah ini memang mengalami panas dan kering sepanjang tahun. Migrasi gajah itu bisa memandu hewan ternak untuk segera mendapatkan air.


"Hewan ternak membutuhkan hujan. Setelah musim kemarau yang berkepanjangan, dan setelah gajah mendengar hujan, hewan ternak mulai bergerak ke arah itu dan memungkinkan mereka mendapatkan air lebih cepat," ujar Frauenfeld.


Ditambahkan Frauenfeld, kemampuan deteksi alami gajah itu bisa membantu upaya konservasi dan membantu gajah untuk menghindari perburuan liar.


Menurut catatan penelitian terbaru Prosiding National Academy of Sciences, ditemukan pemburu gading telah mengorbankan 100 ribu gajah Afrika dalam jangka tiga tahun dari 2010 hingga 2012. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya