Studi : Mengingat Ajaran Agama Tekan Permusuhan

Umat Muslim di Brunei
Sumber :
  • REUTERS/Ahim Rani/Files
VIVAnews - Beberapa topik telah membahas mengenai pengaruh keyakinan agama atas pandangan seseorang. Sejauh ini, yang diyakini beragam. Ada yang mengatakan pengaruh keyakinan agama akan membawa rasa dendam dan permusuhan, intoleran, isolasi, kekerasan.
Gak Nyangka, Ternyata Gen Z Punya Karakter Mulia Ini

Tetapi, ada juga yang meyakini agama membawa dampak positif pengimannya dengan menyebarkan nilai kasih sayang, kemurahan hati, dan peduli kepada sesama. 
Hizbullah Tembakkan 15 Roket ke Wilayah Israel

Persepsi itu, kemudian dibuktikan peneliti Universitas York, Kanada. Hasil studi peneliti menemukan titik terang pengaruh, mengingat ajaran agama adalah positif. Keyakinan agama membuat seseorang cenderung tak memendam permusuhan. 
Daftar Harga Pangan 25 April 2024: Bawang Merah hingga Daging Sapi Naik

Dilansir Science Daily, Jumat 17 Oktober 2014, peneliti memulai studi berdasar pada hipotesa keyakinan agama pada banyak orang akan membawa orang tak rentan bermusuhan dan murah hati. 

Guna membuktikan hipotesa itu, peneliti mengajak umat beragama untuk melakukan beberapa pengukuran. 

Pertama, responden diminta apakah mereka termasuk umat yang memegang teguh ajaran agama tertentu, atau tidak. Misalnya apakah responden Kristen, Muslim, Hindu, dan sebagainya, atau tak merasa menjalankan ajaran keyakinan tertentu. 

Selanjutnya, responden diberi kesempatan menilai dan menetapkan hukuman bagi pelanggar, penjahat dan pengkritik keyakinan agama. Kemudian, peneliti menjalankan sembilan percobaan berbeda kepada 910 responden dari berbagai keyakinan agama.

Hasilnya dilaporkan konsisten mendukung hipotesa umat Kristen, Yahudi, Muslim dan Hindu yang sama.

Beda dengan ekstrimis

Peneliti menemukan secara signifikan dengan mengingat ajaran agama, seorang umat berpandangan tidak begitu bermusuhan meski dalam ancaman lingkungan sekitar. Hasil ini berbeda dengan responden yang tak mengingat ajaran agama. 

"Penelitian kami menunjukkan, orang pada umumnya mengasosiasikan keyakinan agama mereka dengan gagasan agung pengampunan dan kesabaran, termasuk saat mereka dalam posisi sulit dari ancaman sekitar," jelas Ian McGregor, pakar psikologi Universitas York. 

McGregor mengatakan hasil riset ini berkontribusi terhadap dialog antaragama dan menegaskan mengingat ajaran agama tidak akan menimbulkan keyakinan yang radikal. 

"Bahkan, hasil dari mengingat itu mengkampanyekan kemurahan hati, tak mau bermusuhan meski dalam situasi yang mengancam," tambahnya. 

Peneliti mengatakan hasil penelitian ini bisa membantah kabar utama yang sering muncul di media massa, yang fokus pada serangan teroris dan kekejaman lainnya yang dikaitkan dengan agama. 

"Kami menemukan sebagian alasan sikap kemurahan hati karena umat mengingat cita-cita agama, sedangkan kelompok ekstrimis mungkin lebih sering fokus pada persaingan koalisi dan antarkelompok," kata dia. 

Ke depan, peneliti mengharapkan riset bisa mengkaji bagaimana dampak mengingat ajaran agama pada kategori lain, misalnya pada negara non Barat, individu kurang pendidikan, dan masyarakat yang rentan dengan konflik. 

Hasil penelitian ini telah diterbitkan di Journal of Personality and Social Psychology. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya