Studi: Perubahan Iklim Turunkan Rasio Kelahiran Laki-laki

Hari Aksi Sedunia untuk Perubahan Iklim di New York, MInggu, 21 September.
Sumber :
  • Reuters
VIVAnews - Perubahan iklim tak hanya berdampak pada kerusakan dan perubahan ekstrem lingkungan. Menurut studi peneliti Jepang, rasio kelahiran laki-laki telah menjadi korban akibat perubahan iklim.
Amerika Serikat Kecam Pemilu Rusia, Pernyataan Seram Ini Keluar dari Gedung Putih

Peneliti menemukan janin laki-laki lebih rentan atas dampak perubahan iklim. Studi menunjukkan pemanasan iklim atau iklim ekstrem berpotensi negatif pada janin laki-laki. Hal itu disampaikan peneliti M&K Health Institute, Ako, Jepang, Misao Fukuda.
KPK Usut Kasus Pengadaan Barang dan Jasa di PT PLN, Negara Rugi Miliaran Rupiah

Melansir Live Science, Kamis 2 Oktober 2014, kesimpulan tim peneliti muncul setelah mereka mendalami fluktuasi suhu yang terjadi di Jepang sejak 1970. Pada saat bersamaan, peneliti menemukan ada peningkatan kematian janin laki-laki. 
Kiky Saputri Ungkap Kondisi Terkini Usai Alami Keguguran

Selama periode itu, rasio bayi lahir laki-laki atas perempuan di Jepang mengalami penurunan. Artinya, bayi laki-laki yang lahir makin sedikit dibanding kelahiran bayi perempuan. 

Dilaporkan dalam studi itu, tim peneliti Fukuda mengumpulkan data suhu bulanan dari 1968 hingga 2012 dari Badan Meteorologi Jepang serta juga mengumpulkan data kematian janin dan kelahiran bayi selama periode yang sama. Data kematian janin itu didapatkan dari database statistik penting Jepang. 

Tren kematian janin, bahkan masih relevan belum lama ini. Sebab pada tahun ini saja, hampir 90 ribu kelahiran baru dan tercatat ada 1.000 kematian per bulan di Jepang. Data itu juga sudah mempertimbangkan praktik aborsi setelah 12 minggu usia kehamilan. 

Bukti lain juga ditunjukkan peneliti untuk memperkuat potensi rasio janin laki-laki yang makin menurun. Disebutkan pada cuaca esktrem terakhir di Jepang yaitu musim panas yang sangat ekstrem pada 2010 dan musim dingin ekstrem pada 2011. 

Selama musim panas ekstrem itu, jumlah kematian janin meningkat pada September 2011, sebab musim panas pada empat tahun lalu merupakan cuaca terpanas di Jepang sejak 1898. Kemudian, setelah peristiwa 2010, 9 bulan berselang, ada penurunan rasio kelahiran bayi laki-laki dibanding perempuan di Jepang. 

Sedangkan fenomena sama juga terjadi pada musim dingin ekstrem pada Januari 2011. Dampaknya peningkatan kematian janin dan 9 bulan kemudian ada penurunan jumlah bayi laki-laki yang lahir dibanding kelahiran bayi perempuan. 

"Temuan ini menunjukkan fluktuasi suhu baru-baru ini tampaknya terkait dengan rasio bayi laki-laki yang lebih rendah dari bayi perempuan yang baru lahir," tulis peneliti dalam jurnal Fertility and Sterility.

Suhu Berdampak pada Janin?

Peneliti menegaskan studi mereka hanya menemukan hubungan dan belum membuktikan perubahan iklim yang bertanggung jawab atas perubahan rasio jenis kelamin laki-laki di Jepang. Masih ada beberapa faktor lain yang dipertimbangkan yaitu polusi dan racun lingkungan juga bisa mempengaruhi rasio jenis kelamin. 

Penelitian sebelumya tentang dampak perubahan suhu pada rasio jenis kelamin sudah pernah dilakukan sebelumnya. Menariknya polanya juga sama bahwa perubahan suhu ekstrem berdampak pada rasio tersebut.

Pada 2008, sebuah studi menemukan hubungan suhu dingin dengan penurunan rasio laki-laki terhadap perempaun di negara-negara Skandinavia. Namun, pengukuran itu mengambil rentang waktu 1865 dan 1914. Studi sebelumnya juga menemukan hubungan antara suhu hangat dan peningkatan rasio. 

"Sangat menarik untuk mengetahui apakah negara manapun memiliki kesamaan rasio jenis kelamin kelahiran bayi yang rendah," ujar peneliti. 

Mengenai alasan kenapa bayi laki-laki lebih rentan atas dampak suhu ekstrem, tim Fukuda mengakui belum diketahui sepenuhnya. Tapi gencar disebutkan embrio laki laki dipengaruhi secara negatif akibat faktor tekanan seperti gempa bumi atau gas beracun. (art)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya