Bisnis "Joki" Trending Topic Ancam Buzzer?

Ilustrasi Twitter.
Sumber :
  • Reuters
VIVAnews
Juara Sprint Race MotoGP Amerika 2024, Maverick Vinales Tebar Ancaman
- Bisnis menaikkan topik menjadi tren di Twitter sejatinya selama ini telah menjadi tugas
buzzer
MotoGP Amerika 2024, Marc Marquez Makin Nyaman Incar Podium di Sesi Full Race
. Para pengguna Twitter yang memiliki jumlah follower
Masyarakat Diminta Waspada DBD dan HFMD, Kemenkes: Penyakit Tak Libur saat Libur Lebaran
besar biasanya menjadi andalan untuk menaikkan awareness pengguna Twitter terhadap suatu produk. Lalu apakah bisnis jasa trending topic ini bisa mengancam eksistensi buzzer ?

Salah seorang buzzer membantah hal ini. Pasalnya, menurut dia, buzzer dan jasa "joki"  trending topic memiliki tujuan yang berbeda.

"Target mereka cuma masuk ke
trending topic
saja, yang biasanya
nggak long term
. Sedangkan
buzzer
atau
influencer
, lebih melihat figurnya. Bisa artis atau publik figur untuk menggaet fans atau tokoh yang memang punya
interest
atau dianggap bisa mewakili produk yang dikampanyekan," ujar
buzzer
pemilik akun
@mrBambang.


Hal yang sama juga dikatakan
buzzer
lain. Pemilik akun
@planetmiring
mengatakan bahwa perbedaannya tergantung kebutuhan masing-masing. Apakah menginginkan impresi tinggi atau
engagement
tinggi. Apalagi "joki"
trending topic
biasanya mengandalkan
bot
(banyak akun palsu) sedangkan untuk
buzzer,
murni akun organik (manusia).


"Jika ingin impresi tinggi, tak masalah jadi
trending topic s
aja, pakai
bot.
Tapi kalau butuh
engagement
tinggi, harus pake akun organik. Jadi jasa
buzzer
masih belum bisa disaingi 'joki'
trending topic
," kata pria dengan nama asli Chandra Wirawan ini.


Selain itu, kata dia, para pengguna "joki"
trending topic
itu biasanya adalah
brand
yang hanya peduli popularitas, menaikkan
brand
tanpa mempedulikan kualitas
branding
itu sendiri. Yang terpenting, hanyalah
trending topic,
jutaan pengguna Twitter melihat
topic
tersebut.


"Tidak ada
engagement
yang kuat ke konsumen. Malah, sentimen negatif atau positif
brand
susah diukur kalau sekadar
trending topic
. Sedangkan jika ada
engagement,
kita bisa tahu, ukuran sentimen orang terhadap produk atau brand," katanya.


Meski demikian, Chandra menyadari bila banyak
brand
yang tidak terlalu peduli dengan masalah ini. Mereka lebih mementingkan muncul menjadi
trending topic
dan menaruh masalah
engagement
di urutan belakang. Pasalnya, dia mengakui, terkadang jasa
buzzer
atau
influencer
tidak selalu bisa mendongkrak suatu topik ke daftar
trending Twitter
. Namun untuk urusan
engagement,
buzzer
bisa diandalkan.


"Kalau sekadar
numpang ngetop sih
tidak masalah pakai jasa 'joki'
trending topic,
" ujar dia.


Sudah bukan rahasia lagi bahwa
buzzer
atau
influencer
mendapatkan bayaran sesuai dengan jumlah
follower
yang dimiliki untuk satu
tweet
promosi. Data yang dimiliki
VIVAnews
, satu
tweet
promosi bisa mencapai Rp5 jutaan hingga Rp20 jutaan


Bandingkan dengan jasa "joki" yang hanya Rp100.000 bisa "
nangkring
" langsung di
Trending Topic Twitter
. (ms)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya