Studi: Beragama Bikin Orang Makin Merasa Bersalah

Pelepasan Timnas U-23 ke Myanmar
Sumber :
  • VIVAbola/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews - Peneliti University of Illinois, Chicago, Amerika Serikat, mengungkapkan untuk menjadi manusia yang beperilaku baik dan ramah, tak perlu harus beragama. Dalam studinya, peneliti menegaskan dengan menjadi seseorang yang alim, justru tak membuat seseorang merasa berperilaku lebih baik. 
Pilpres Berakhir, Cak Imin Sebut Timnas Amin Akan Dibubarkan Besok Pagi di Rumah Anies

Melansir Daily Mail, Kamis 18 September 2014, dalam studi peneliti menemukan orang beragama dan tak beragama nyatanya memiliki kesamaan dalam pengalaman sehari-hari. Keduanya tak begitu berbeda dalam kehidupan sehari-hari.
UEA dan Indonesia Kolaborasi Kembangkan Pencak Silat dan Bulutangkis

"Ini adalah studi pertama yang secara langsung menilai bagaimana moralitas keluar dalam kehidupan sehari-hari," jelas Linda Skitka, fisikawan Universitas Illinois,  Chicago, AS, yang juga memimpin studi. 
Partai Pendukung Prabowo-Gibran Akan Kumpul, Termasuk PKB-Nasdem Diajak

Studi menemukan hanya ada satu perbedaaan signifikan antara orang beragama dengan orang yang tak beragama. 

Disebutkan terkait aktivitas moral yang dilakukan dalam kehidupan seharian, orang beragama merasa lebih bangga dan bersyukur atas aktivitas moral yang dilakukan. Sebaliknya orang beragama itu akan merasa sangat bersalah, jijik atas perbuatan amoral mereka. 

Untuk sampai pada kesimpulan itu, peneliti mensurvei 1.200 orang dewasa dengan rentang umur 18-68 tahun. Wawancara dilakukan melalui ponsel pintar. Peneliti mengumpulkan data responden itu dalam tiga hari. Mereka diminta tanggapan atas bagaimana perasaan mereka atas tindakan moral dan amoral.

Selain pengukuran dengan menggunakan variabel agama, studi juga mengukur variabel moral dan orientasi politik serta dampak peristiwa moral dan amoral terhadap kebahagiaan individu.

Skitka mengatakan dengan mempelajari bagaimana masyarakat menggambarkan pengalaman moral dan amoral, alih-alih memeriksakan reaksi buatan ke laboratorium. Kini, lanjut Skitka, kita telah mendapatkan pemahaman yang lebih kaya dan bernuansa pembentukan pengalaman moral sehari-hari. (one)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya