Revolusi Pola Pikir Dorong ICT Tumbuhkan Ekonomi

ilustrasi broadband internet
Sumber :
  • itpro.co,uk
VIVAnews - Untuk memajukan industri Information and Communications Technology (ICT), pemimpin bangsa Indonesia yang baru tidak hanya butuh melakukan revolusi mental, tapi juga revolusi pola pikir. Sebab, saat ini, industri telekomunikasi yang padat modal seharusnya bisa membantu mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Gasak Harta Majikan Saat Mudik Lebaran, Pria di Tangerang Ditangkap Polisi

"Sudah bukan rahasia lagi jika telekomunikasi mampu menaikkan perekonomian suatu bangsa sebesar 0,7 persen. Sedangkan broadband mampu sampai 1,3 persen PDB. Itu cukup besar untuk perekonomian suatu negara," kata Ketua Komite Tetap Bidang Telekomunikasi Kadin Indonesia, Johnny Swandi Sjam, dalam diskusi Indotelko Forum di Kembang Goela Resto, Jakarta, Rabu 10 September 2014.
Apes, Karyawan Diler Bikin Ferrari F40 Seharga Rp51 Miliar Ringsek Parah

Namun faktanya, nilai ekonomi ICT belum dimanfaatkan pemerintah. Padahal, sumbangan produk kreatif TI di Indonesia pada 2012 mencapai 40 persen dari total pendapatan industri kreatif nasional, atau sekitar Rp288 miliar dari total Rp573,9 miliar.
Memperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia: Menghargai Kreativitas dan Inovasi

Dengan tingginya angkatan kerja Indonesia, seharusnya bisnis kreatif berbasis digital ini bisa menjadi sandaran bagi kehidupan masyarakat. Di Amerika saja, kata Johnny, ada sekitar 21 persen dari total PDB dikontribusi dari industri digital di Silicon Valley.

"Kuncinya, Indonesia memerlukan kementerian teknis yang bisa mewujudkan hadirnya tata kelola bisnis yang sehat dan pembangunan infrastruktur untuk mendorong ekonomi broadband," katanya.

Korbankan SetoranĀ 

Pemerintah baru, lanjut dia, harus berani memilih mengorbankan potensi mengurangi pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor ICT yang jumlahnya sekitar Rp13 triliun per tahun dan beralih meyakini bahwa pertumbuhan tiap 10 persen penetrasi jaringan broadband bisa mendorong pertumbuhan PDB sebesar 1,38 persen.

"Kami berharap, calon pemimpin nasional di masa mendatang bisa merevolusi pola pikir terhadap sektor ICT. Jangan hanya berpikir masalah ketersediaan perangkat di sekolah maupun kampus, tapi lebih dari itu, ICT sebagai enabler perekonomian," papar Johnny.

Yang perlu digali, kata dia, industri kreatif di ICT bukannya belum menonjol melainkan belum dipasarkan dan belum di-monetize. Sebab, potensi sangat besar untuk bisa terus mengembangkan industri ICT guna dimanifestasi, sehingga menjadi suatu usaha yang besar.

"Banyak konten yang bermanfaat buatan anak negeri. Kelemahannya adalah bagaimana memasarkannya dan me-monetize-nya. Selama belum ada yang di-monetize, ya selamanya masih kalem saja. Selama belum ada yang di- monetize akan sulit membuat dunia percaya jika industri ini bisa terus berkembang," kata dia.

Berdasarkan data IDC, pada 2014, Indonesia akan menghabiskan hingga US$16,4 miliar untuk belanja produk ICT. Angka ini naik 12,5 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai US$14,7 miliar.

Karena itu, lanjut Johnny, jika menempatkan sektor ICT sebagai pendorong, infrastruktur yang mendukung sektor ini harus diposisikan sebagai komponen strategis dan layak menjadi prioritas, bukan sebagai lumbung setoran PNBP.

"Sektor ini butuh suatu yang konkret, misalnya insentif, komitmen pembangunan broadband, dan lainnnya, agar tidak terus menerus menjadi target pasar produk konsumtif," jelas dia. (art)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya