Habibie: Potensi Besar di Laut Tak Hanya Ikan

Presiden ketiga RI, BJ Habibie meninggal dunia.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
VIVAnews
Risma Populer di Jatim tetapi Elektabilitas Khofifah Tinggi, Menurut Pakar Komunikasi Politik
- Melimpahnya kekayaan alam Indonesia, seperti halnya kelautan, selama ini tak dioptimalkan dengan benar. Mantan Presiden BJ Habibie mengatakan kekayaan laut tak hanya soal ikan, ada banyak yang bisa diolah.

Menkeu Sebut Jumlah Dana Pemda Mengendap di Bank Capai Rp 180,9 Triliun

Ditemui di acara Refleksi Tiga Tahun Pelaksanaan Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis 4 September 2014, mantan Presiden RI ke-3 itu mengatakan laut memiliki banyak hal yang bisa dimanfaatkan demi kemakmuran rakyat.
Jeep Wrangler Facelift Meluncur, Segini Harganya


Misalnya, kata Habibie, memanfaatkan energi arus laut untuk energi. Arus laut bisa dijadikan turbin air yang mirip dengan turbin angin penghasil energi. Energi ini kemudian bisa menghasilkan listrik yang dialirkan ke pantai atau daratan.


"Itu bisa dimanfaatkan untuk pembangunan listrik sehingga memberikan energi listrik kepada kota, pabrik, transportasi, dan sebagaiannya," ujarnya dalam


Lebih lanjut lagi, teknokrat ternama di Indonesia itu menjelaskan adanya potensi lautan bagi kehidupan yang sangat besar. Pasalnya, selain ikan, laut juga bisa dimanfaatkan untuk pangan dan obat-obatan. Maka dari itu, kata dia, perlu adanya peningkatan riset mengenai kelautan.


"Kita masih impor soal semua itu. Kan kebangetan," jelasnya.


Selain itu, Habibie juga menjelaskan perlunya pengelolaan dari hulu ke hilir agar potensi alam tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.


"Tentu itu akan membangun daya saing yang tinggi, pendidikan berkualitas dan lapangan kerja yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi," ungkapnya.


Habibie mengatakan itu juga perlu didukung dengan mengumpulkan peneliti dari Lapan, Lipi, Batan, maupun lainnya untuk mengembangkan potensi alam yang tersedia.


"Daripada membayar orang lain (asing) pinter di negeri kita, lebih baik bayar peneliti lokal," kata insinyur yang membangun pesawat N250 itu. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya