Stimulus Magnetik Bisa Jadi Penyembuh Alzheimer

Ilustrasi otak/pikiran.
Sumber :
  • uniteunderfreedom.com
VIVAnews
Kapolres-Wali Kota Jaksel Kompakan Patroli Malam Takbiran Pakai Motor
- Ketika usia semakin senja, tentu ingatan pun akan semakin memudar. Tak sedikit orang mengalami seperti ini. Saat ini para peneliti telah menemukan cara khusus untuk menangani kerusakan memori tersebut, dengan menstimulus otak menggunakan teknologi magnetik.

Tiga Mahasiswa ITB Wakili Indonesia di Ajang Brandstrom di Inggris

Penelitian tersebut menunjukkan orang tua yang mengalami kehilangan memorinya, dibantu dengan menggunakan medan magnet yang akan menstimulus beberapa bagian syaraf di otak mereka. Mereka mengklaim, penemuan terbarunya akan menjadi pengobatan alternatif pada hilangnya fungsi memori yang disebabkan oleh penuaan, stroke, cedera kepala, dan gejala awal penyakit Alzheimer.
IRT di Kalbar Tewas Bersimbah Darah dengan Luka Tembak, Polisi Lakukan Penyelidikan


Penemuan ini merupakan suatu kemajuan di bidang kesehatan dalam mengangani permasalahan pada memori, tanpa harus menggunakan obat-obatan.


"Kami menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa secara khusus ini dapat mengubah fungsi memori otak pada orang dewasa, tanpa harus operasi atau obat-obatan, yang belum terbukti efektif. Stimulasi non-invansif ini memiliki potensi yang luar biasa," ujar Dr. Joel Voos, peneliti utama dari Northwestern University di Chicago, Amerika Serikat, dilansir
Independent
, Jumat 29 Agustus 2014.


Hasil penelitian yang mereka lakukan berkonsentrasi pada memori asosiatif, kemampuan untuk belajar dan mengingat hubungan antara item yang tidak terkait.


Setidaknya ada sekitar 16 relawan berusia 21-40 tahun yang terlibat dalam studi ini. Relawan tersebut akan menjalani sekitar 20 menit Transcranial Magnetic Stimulation (TMS) setiap harinya dalam lima hari.


TMS mengarahkan medan magnet pada area spesifik di tengkorak untuk menginduksi arus listrik lemah yang ada di otak. Hal ini juga digunakan untuk menguji sirkuit otak di pasien stroke, multiple sclerosis, penyakit motor neuron, serta kondisi lainnya, dan terbukti dari kesemuanya dapat mengurangi beberapa bentuk depresi.


Setelah itu, para relawan menjalani serangkaian tes, di mana ditunjukkanlah sekitar 20 foto wajah manusia, sedangkan untuk mengingat kata, mereka mendengar yang sama ketika dibacakan.


"Mereka lebih mengingat pasangan wajah dan kata setelah dilakukan stimulus sebelumnya, yang berarti kemampuan belajar mereka meningkat," ungkap Dr. Voss.


Dr. Voss menambahkan adanya penelitian lebih lanjut terkait menentukan teknikt aman dan efektif untuk membantu orang yang mengidap Alzheimer atau kondisi lainnya yang mempengaruhi memori.


Hasil penemuan dari peneliti ini mereka terbitkan ke dalam edisi terbaru di jurnal Science.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya