Di Amerika, Uber Rambah Bisnis Belanja Online

Ilustrasi/Layanan taksi berbasis aplikasi
Sumber :
  • telegraph.co.uk
VIVAnews
Moeldoko: Otonomi Daerah Harus Lanjutkan Pembangunan Visi Jokowi
- Aplikasi smartphone penyewaan mobil privat, Uber, mencoba merambah bisnis baru di Amerika. Mereka menggelar layanan pengiriman cepat untuk barang belanjaan.

Pemprov DKI Jakarta Dukung Kerja Sama Proyek MRT Berkonsep TOD dengan Jepang

Layanan yang diberi nama The Corner Store itu memberikan kepastian barang belanjaan sampai ke tujuan dalam waktu sehari, di hari yang sama saat pengguna memesan barang tersebut. Bebas biaya.
Prudential Indonesia Bayarkan Klaim Asuransi 17 Triliun Selama 2023


Seperti halnya Uber, The Corner Store juga hanya bisa diakses di smartphone. Di aplikasi tersebut terdapat lebih dari 100 barang yang dijual dengan harga kompetitif.


Layanan ini masih uji coba dan hanya diperuntukkan bagi pengguna yang tinggal di Washington DC. Dengan layanan ini, Uber menjadi bagian dari jajaran perusahaan teknologi yang masuk ke sektor belanja online.


Sebelumnya, Amazon meluncurkan AmazonFresh, sebuah layanan pengiriman ekspres untuk produk-produk segar seperti sayur, buah, dan produk belanja lain. Layanan ini hanya ada di California dan Seattle.


Google pun telah lama meluncurkan layanan ini dengan nama Google Shopping Express. Layanan belanja dan pengiriman express Google ini baru ada di San Fransisco, kemudian akan merambah ke New York dan Los Angeles.


Monetisasi yang dipertanyakan


Analis bisnis retail memprediksi jika Uber kemungkinan besar akan mempekerjakan para 'supir'nya untuk melakukan pengiriman barang. Ini mungkin saja terjadi karena 'supir' Uber kebanyakan adalah pekerja paruh waktu.


Namun begitu, tetap aja bisnis model seperti ini dipertanyakan.


"Tantangan terbesar bagi perusahaan seperti ini adalah bagaimana menarik pengguna untuk mau mengandalkan layanan tersebut. Bagaimana meningkatkan pengguna dan revenue tanpa harus menaikkan harga jual barang di atas harga retail. Rata-rata harga produk yang dijual Uber tidak terlalu berbeda jauh dengan produk yang ada di supermarket," kata Stephen Madder, Direktur Digital Retail Kantar Consultancy, seperti dikutip
BBC
, Kamis 21 Agustus 2014.


Oleh karena itu, kata Madder, dalam jangka panjang bisnis ini sepertinya tidak akan langgeng.


"Kecuali jika Uber mulai memikirkan cara monetisasi lain. Misalnya dengan menyertakan biaya pengiriman atau biaya iklan ke pemegang merek yang ikut ambil bagian dalam program ini," katanya. (ita)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya