Batan: Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Siap ke Fase 2

Pembangkit Listri Tenaga Nukilir di suatu negara. Indonesia dipandang tidak perlu ada PLTN.
Sumber :
VIVAnews
Tugas Nokia Sudah Tuntas
- Ketua Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Djarot Sulistio, mengatakan, persediaan batu bara sebagai unsur pembangkit listrik akan habis dalam 10 tahun ke depan. Maka dari itu, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) menjadi opsi terakhir.

Nasib Jokowi di PDIP, Kaesang Pangarep Tidak Ingin Ikut Campur: Itu Urusan Partai Lain

"Nuklir itu punya banyak manfaat selain untuk pembangkit listrik, nuklir juga mempunyai kelebihan yakni emisi gas rumah kacanya kecil, dan dari sisi
Aturan Baru, Arab Saudi Izinkan Semua Jenis Visa Bisa Ibadah Umrah
operational cost -nya jelas kompetitif," ujar Djarot ditemui di BPPT Jakarta, Kamis 21 Agustus 2014.


Selain itu, tambah dia, nuklir yang mengeluarkan energi panas bisa dimanfatkan seperti mencairkan batu bara, membuat air laut menjadi tawar, dan banyak manfaat lainnya.


Saat ini, pembangunan PLTN sudah melewati fase 1 dari total 3 fase menuju kesiapan operasional.


Fase 1 ini merupakan tahapan kesiapan infrastruktur yang sudah dievaluasi oleh IAEA melalui Integrated Nuclear Infrastructure Review Mission (INIR) yang menetapkan Indonesia berhasil melewatinya, sehingga dapat melangkah ke fase 2 yakni, persiapan pelaksanaan konstruksi.


Nantinya, bila telah melewati fase 2, Indonesia akan lanjut menuju ke fase 3, yaitu kesiapan infrastruktur untuk implementasi pembangunan dan pengoperasian PLTN.


Djarot mengungkapkan, pembangunan PLTN ini berdasarkan amanat UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJMN, dan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.


"Untuk pembangunan fisik (PLTN) sekitar 3-4 tahun. Diharapkan tahun 2019 sudah rampung," jelasnya.


PLTN mengeluarkan dana hampir Rp1,6 triliun mulai dari tahap persiapan, riset, dan pembangunan fisik. "Jadi, dibagi 5, per tahunnya pemerintah mengeluarkan Rp300 miliar," ungkap ketua Batan tersebut.


Untuk melaksanakan pembangunan PLTN fase berikutnya, Djarot menjelaskan itu tergantung pada pemerintahan selanjutnya. "Nuklir itu harus ada keputusan dari pemerintah terutama dari presiden," ujarnya.


Infrastruktur tapak PLTN yang sudah siap dinyatakan layak berdasarkan hasil studi kelayakan adalah tapak Semenanjung Muria (Jawa Tengah), tapak di Pulau Bangka. Sementara itu, Batan juga telah melakukan studi awal untuk mendapatkan tapak potensial di Provinsi Banten dan Kalimantan Barat.


"Lokasinya sudah ditetapkan oleh Kemenristek di Serpong, daya maksimal sekitar 30 megawatt," kata dia. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya