Sumber :
- VIVAnews/Amal Nur Ngazis
VIVAnews - Nama pakar teknologi informasi Onno W. Purbo belakangan ini kerap disebut sebagai salah satu nama yang masuk dalam bursa kabinet Presiden terpilih Joko Widodo.
Dalam survei kabinet online yang bertajuk 'Kabinet Alternatif Usulan Rakyat (KAUR)' beberapa waktu lalu, nama Onno bersanding dengan nama Ferry Mursyidan Baldan, dan Nezar Patria, untuk bersaing menempati posisi Menteri Komunikasi dan Informatika.
Ditemui usai penutupan Internet Governance Forum (IGF) di Hotel Borobudur, kemarin malam, Onno mengakui amanat itu cukup berat baginya bila terpilih jadi menteri.
Baca Juga :
Bea Cukai dan Bareskrim Polri Jalin Sinergi Gagalkan Peredaran Narkotika di Tangerang dan Aceh
"Saya (belum) nggak siap. PR-nya (problem di Kementerian Komunikasi dan Informatika) kebanyakan. Pusing," ujar lulusan Waterloo University di Kanada itu kepada VIVAnews.
Onno memberi saran, hendaknya Menkominfo baru nanti bukan yang berlatarbelakang partai politik. "Profilnya harus orangnya jujur, penting ini. Dan jangan orang partai, karena nanti bisa menjadi pelayan partai," ujarnya.
Ditambahkan, mengingat Menkominfo nantinya harus menyelesaikan persoalan infrastruktur, Onno mensyaratkan tipe yang cocok untuk Menkominfo yaitu orang yang kenang pengalaman di lapangan.
"Harusnya orang lapangan, jangan yang terlalu lama di belakang meja. Akademisi cenderung lama, makanya akademisi tapi (kenyang) pengalaman di lapangan," katanya.
Selain dikenal sebagai pakar IT, Onno juga dikenal sebagai penulis, pendidik, dan pembicara seminar.
Sebagai aktivis TI, Onno dikenal dalam upayanya memperjuangkan internet murah dan menyebarkan Linux.
Salah satu karya inovatif Onno adalah Wajanbolic. Ini koneksi internet murah tanpa kabel dan RT/RW-Net sebagai jaringan komputer swadaya masyarakat untuk menyebarkan internet murah serta penerapan Open BTS. (ren)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Onno memberi saran, hendaknya Menkominfo baru nanti bukan yang berlatarbelakang partai politik. "Profilnya harus orangnya jujur, penting ini. Dan jangan orang partai, karena nanti bisa menjadi pelayan partai," ujarnya.
