Ini Cara Kerja Rudal Ledakkan MH17

Puing Pesawat Malaysia Airlines MH17 yang jatuh di sebelah timur Ukraina.
Sumber :
  • REUTERS/Maxim Zmeyev
VIVAnews - Tragedi pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17 luluh lantak setelah ditembak rudal pada Kamis siang pekan lalu waktu setempat. 
Jaksa Sebut SYL Bayar Tagihan Kartu Kredit Ratusan Juta Pakai Uang Hasil Korupsi di Kementan

Seluruh 280 penumpang beserta 15 awal dinyatakan meninggal usai rudal meledakkan pesawat tujuan Kuala Lumpur itu. 
Dokter Boyke Sebut Perilaku Menyimpang Homoseksual Bisa Terjadi di Dalam Sel Tahanan

Sejauh ini belum jelas siapa otak dibalik penembakan rudal itu. Pemberontak pro Rusia yang menguasai wilayah Ukrania timur, perbatasan dengan Rusia santer dituduh Amerika Serikat dan Ukrania, berada dibalik serangan itu. Meski pun Rusia dan pemberontak pro Rusia juga telah tegas membantahnya. 
Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho ke Dewas, Ada Apa?

Melihat kerusakan yang terjadi, spekulasi berkembang mengenai kecanggihan rudal yang ditembakkan ke MH17. 

Melansir Daily Mail, Senin 21 Juli 2014, seorang sumber senior pertahanan menggambarkan bagaimana cara kerja rudal yang diduga menembak MH17. 

Sebelumnya santer disebutkan rudal yang mampu mencapai ketinggian MH17 pada 33 ribu kaki yaitu sistem rudal kendali BUK. 

Sumber itu mengatakan rudal BUK mampu membawa hulu ludak seberat 70 kg yang sangat eksplosif dan dapat mencapai ketinggian 75 ribu kaki. 

Rudal jenis ini, lanjut sumber itu, cukup singkat untuk mencapai target. Dibutuhkan 5 menit untuk pemanasan, 12 menit untuk mengisi kembali reload) dan butuh 8-12 detik untuk mencapai target begitu diluncurkan. 

Sesampai di udara, rudal BUK disebutkan sangat presisi, tingkat mencapai target 90-95 persen. 

Mengenai kasus MH17, sumber pertahanan itu mengatakan kemungkinan rudal telah diledakkan 20 meter di bawah MH17. 

Teknik ini mengakibatkan kerusakan dahsyat pada mesin dan sistem kontrol pesawat.  Ledakan pada posisi dekat itu juga memicu bahan bakar pesawar, merusak sayap dan badan pesawat. 

"Rudal dapat memotong pesawat menjadi dua, membakarnya dan memberikan potongan pecahan peluru meriam terpisah sebagian," ujar sumber tersebut. 

Semudah Memencet Tombol

Terkait informasi lintasan pesawat, rudal akan tergantung dari stasiun radar pada kendaraan terpisah. Didalam rudal terdapat baterai yang terhubung dengan stasiun radar. 

Sistem itu akan menentukan target yang dimaksud apakah teman atau musuh. Operator pada statiun radar tidak akan memberikan informasi mengenai jenis objek pesawat, apakah itu pesawat sipil atau pesawat militer. 

Sistem hanya memberitahukan apakah target yang dimaksud adalah teman atau musuh. 

Disebutkan penembakan rudal itu cukup mudah dioperasikan, semudah 'memencet tombol'. 

"Ketinggian dan arah dihitung dalam sistem perintah untuk menentukan titik tabrakan," kata sumber itu. 

Kesuksesan tabrakan menurut sumber itu juga tergantung pada model rudal. Disebutkan rudal tebang model lama bisa melesat 850 meter per detik, sementara model baru bisa mencapai 1230 meter per detik. 

Pada kecepatan rudal tersebut, hanya butuh waktu 8 sampai 12 detik untuk mencapai sasaran. Tergantung dari model rudal yang digunakan. (adi)

Salah Sasaran?

Sumber itu menyinggung soal spekulasi rudal salah sasaran yang akhirnya menembak MH17. Ia menduga adanya kesalahan target. 

"Setelah radar pada sistem telah menemukan pesawat, sistem akan memandu rudal untuk mencapai pesawat. Mengapa rudal tak tahu itu adalah pesawat sipil? sepertinya seseorang telah melakukan kesalahan," ujarnya. 

Sedangkan Nick de Larrinaga, seorang analis di laman pertahanan IHS Jane mengatakan selain rudal BUK, senjata rudal lain yang bisa mencapai titik ketinggian MH17 yaitu rudal S-300 buatan Rusia. 

Spekulasi ini makin kuat sebab, informasi gencar menyebutkan rudal ditembakkan oleh pemberontak pro Rusia. 

Sejauh ini asumsi yang berkembang, pemberontak pro Rusia hanya memiliki rudal darat ke udara hanya meemiliki dengan jangkauan hanya 10 ribu kaki saja. 

Sedangkan pemimpin pemberintak pro Rusia, Andrei Purgin mengatakan justru pihaknya menduga tentara Ukraina, yang berada di balik  serangan itu. 

Ia berdalih jika pemberontak memiliki rudal BUK itu pun, mereka mengklaim tidak ada yang bica mengoperasikannya. 

Pemberontak itu mengklaim hanya memiliki rudal bahu yang hanya bisa menjangkau ketinggian 4 ribu meter. 

Tapi Justin Bronk, Royal Unites Services Intitute tak percaya dengan dalih pemberontak tersebut, dan berpendapat jika sistem rudal BUK SA-11 digunakan, itu hampir pasti dipasok oleh Rusia. 

"Namun saya menduga sebenarnya separatis tak berniat menembak jatuh sebuah pesawat (sipil), mungkin mereka mengira menargetkan transportasi Ukrania pada ketinggian," ujar Justin Bronk.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya