Cara Militer AS Kembalikan Ingatan yang Hilang

Ilustrasi implan otak
Sumber :
  • Softpedia/Sky.com
VIVAnews - Menderita susah mengingat kenangan telah menjadi problem bagi militer Amerika Serikat. Sejak tahun 2000, lebih dari 270 ribu veteraan negeri Paman Sam itu telah didiagnosa menderita cedera otak traumatis (TBI). Kondisi itu menyusahkan 1,7 juta warga sipil AS tiap tahunnya. 
5 Negara Tanpa Malam, Matahari Hampir Tidak Pernah Terbenam

Dilansir Live Science, Kamis 10 Juli 2014, penderita TBI disebutkan akan susah mengingat memori dasar. TBI menganggu kemampuan mengingat memori baik sebelum cedera maupun sesudah cedera. Penderita akan susah membentuk dan mempertahakan memori baru. 
Meski Dilarang AS dan Barat, Israel 'Keukeuh' Akan Tetap Kembali Serang Iran

Untuk mengatasi problem itu, Departemen Pertahanan AS, melalui Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), tengah menggelar program  Restoring Active Memory (RAM). Program ini bertujuan mengembalikan memori pada penderita TBI dengan cara menanamkan implan prostetik nirkabel.
Polisi Sebut Wanita yang Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari Kerja Open BO

DARPA menjalin kerjasama dengan dua universitas ternama di AS, University of California, Los Angeles (UCLA) dan University of Pennsylvania di Philadelphia.  

Manajer program DARPA, Justin Sanchez mengakui memang sejauh ini sudah ada beberapa perawatan untuk penderita TBI, tapi badan militer itu berkomitmen mengembangkan cara baru yang lebih bagus. 

"Kami sedang mengembangkan prostetik saraf baru untuk mejembatani kesenjangan dalam cedera otak sampai mengembalikan fungsi memori otak," jelas Sanchez. 

Dikatakan Sanchez, program DARPA akan fokus apda memori deklaratif, yang bertanggungjawab pada pengetahun yang secara sadar mengingat hal-hal dasar seperti acara, tempat dan lainnya. 


Dana Ratusan Miliar


Tim UCLA bakal mendapatkan dana hingga US$15 juta (Rp174,4 miliar), tim Pensylvania mendapatkan dana US$22,5 juta (Rp261,6 miliar) selama 4 tahun. Riset ini juga memberikan dana US$2,5 juta (Rp29 miliar) kepada Lawrence Livermore National Laboratory, sebuah fasilitas riset federal di California.

Dua tim peneliti universitas akan bekerja secara terpisah. Tim peneliti UCLA akan fokus mendalami proses memori pada bagian korteks entorhinal, daerah otak yang dikenal sebagai pintu gerbang pembentukan memori. 

Peneliti UCLA akan merangsang dan merekam saraf pada pasien epilepsi yang sudah memiliki implan otak. Langkah ini sebagai bagian pemantauan dan perawatan pasien. 

Tim UCLA juga akan mengembangkan model komputer yang merangsang otak membangun kembali fungsi memori. 

Sementara tim peneliti Universitas Pennsylvania akan fokus pada bagaimana sirkuit otak bekerja secara luas, terutama pada korteks frontal otak. 

Daerah otak ini terlibat dalam pembentukan ingaan jangka panjang. Tim Pensylvania bekerjasama dengan perusahaan pembuat perangkat biomedis asal Minneapolis untuk mengembangkan sistem prostetik memori. 


Tantangan 


Misi pengembalian memori itu disebutkan tidaklah mudah. Pejabat DARPA mengatakan tantangannya yaitu peneliti perlu mengembangkan perangkat baru dan hardware yang secara nirkabel merekam dan menghasilkan sinyal listrik dalam otak. 

Setelah itu, tantangan berikutnya, peneliti harus mengembangkan model komputasi baru guna menggambarkan sirkuit otak yang terlibat dalam pembentukan memori. Dan tantangan akhir yaitu dibutuhkan algoritma baru untuk merasakan dan menafsirkan sinyal saraf. Hal ini untuk menentukan stimulasi yang tepat untuk mengembalikan memori. 

Dilaporkan setelah perangkat dibuat, peneliti pertama kali akan mengujicoba pada hewan sebelum diuji klinis pada manusia. Penelitian sangat ketat, semua tahapan awal riset itu harus dikaji oleh dewan penguji kelembagaan DARPA serta didalami oleh panel sekunder yang terdiri pejabat Departemen Pertahanan. 

Setelah lolos dari kajian tim itu, perangkat masih memerlukan persetujuan dari Badan Makanan dan Obat-obatan AS. 

"Jika ini berhasil, sejumlah besar penderitaan  pasien sebenarnyabisa diringankan," kata  William Casebeer, seorang manajer program DARPA dalam bidang bioetika. (adi)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya