Lapan: 2015, Tak Ada Lagi Perbedaan Awal Ramadan

Penetapan Idul Fitri 1434 H
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVAnews - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) memperkirakan tahun ini Indonesia masih akan mengalami perbedaan dalam menentukan awal Ramadhan dan Idul Adha. Baru pada tahun berikutnya penentuan awal Ramadan akan seragam.

Ketua Lapan, Thomas Djamaluddin, mengatakan posisi bulan belum berada pada tempatnya. Bahkan, menurutnya, kemungkinan hal ini akan terus berulang di tahun diberikutnya.

"Tahun ini, kita akan mengalami perbedaan awal Ramadhan dan Idul Adha, kemudian tahun depannya lagi masih mengalami perbedaan untuk Idul Adhanya," ujar Thomas saat ditemui VIVAnews di Kantor Lapan, 23 Juni 2014.

Setelah itu, lanjut Thomas, dari tahun 2015 sampai tahun 2022, penentuan awal Ramadhan dan Idul Fitri akan seragam semuanya.

"Kalau untuk Idul Adha akan sama mulai tahun 2016 sampai 2022," ucapnya.

Untuk menentukan hilal, Ketua Lapan tersebut menjelaskan ada tiga syarat. Pertama, harus ada otoritas tunggal yang sudah diwakili Menteri Agama sebagai perwakilan pemerintah. Kedua, batas wilayah yang disepakatai seperti wilayah NKRI. Lalu terakhir, kriteria dalam menentukan berapa derajat tinggi bulan dan matahari.

"Harus ada, tingginya sekian derajat minimal, jarak matahari, bulan sekian derajat," kata dia.

Menurutnya ada beberapa perbedaan pandangan dalam menentukan awal puasa atau Idul Adha. Ada yang mengamati bulan sabit karena menurutnya sebagian mendefinisikan hilal itu adalah bulan sabit sesudah maghrib. Bulan sabit di siang hari, masih kata Thomas, merupakan tanda akhir bulan. Bisa jadi bulan sabit kojungsi (Ijtimak) atau bahkan bisa awal bulan.

"Namun itu tidak bisa dijadikan penentu awal bulan. Yang jadi penentu itu adalah bulan sabit sesudah maghrib. Itu yang disebut hilal," ujar Thomas.

Netizen Murka Disebut Suara Paslon 02 Nol: Mungkin Aku yang Dimaksud Angin Tak ber-KTP

Kurang Pemahaman

Selain itu juga, Thomas mengeluhkan ada beberapa yang menentukan awal bulan dengan kurangnya pemahaman soal hisab.

"Seolah-olah hisab didapatkan, langsung menyimpulkan. Padahal itu bergantung kriteria yang disepakati. Hisab itu menghasilkan angka, sudah masuk bulan apa belum, lalu disatukan dengan rukyat," tuturnya.

Dengan ditambah rukyat sebagai saksi penentu awal bulan dan adanya kriteria yang disepakati, hal itu bisa menentukan awal bulan.

"Hitungan sudah ada, tinggi bulan sekian derajat, matahari sekian derajat dengan hasil rukyat. Maka kriteria tersebut yang kompatibel dengan rukyat itu yang disebut kriteria visibilitas hilal," ungkapnya.

Dalam perbedaan ini, kata Thomas, harus diimbangi dengen pemaparan yang jelas kepada publik. Hal ini akan membuat masyarakat mengetahui sebab akibat dari perbedaan tersebut.

"Sering kali orang mengatakan sidang isbat itu percuma karena menunjukkan perbedaan. Padahal kalau hal itu dimanfaatkan dan bisa menyajikan informasi yang benar, sidang isbat akan menjadi edukasi masyakarat. Proses pembelajaran," tuturnya.

Mengenai awal bulan puasa tahun ini Lapan sudah memprediksikan tanggal berapa, namun itu harus menunggu keputusan dari sidang isbat, yang berdasarkan laporan-laporan dari hasil rukyat.

"Rukyat sendiri baru bisa dilakukan 29 Syaban atau yang jatuh pada tanggal 28 Juni 2014," ungkap dia. (ren)

Pemudik Harus Hati-hati, Ada 19 Perlintasan Kereta Api di Brebes Tanpa Palang Pintu 
Xabi Alonso

Peluang Liverpool Gaet Xabi Alonso Mengecil

Keinginan Liverpool mendatangkan Xabi Alonso untu musim depan nampaknya menjadi semakin kecil. Karena dikabarkan pelatih asal Spanyol itu mau bertahan di Bayer Leverkusen

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024