Es Kutub Selatan Menyusut 160 Miliar Ton per Tahun

Sebuah kapal menabrak bongkahan es di Kutub Selatan
Sumber :
  • REUTERS/United States Air Force/Handout
VIVAnews
Atasi Krisis Energi Harus dengan Kerja Lintas Sektoral
- Data terakhir menunjukkan bahwa es di Kutub Selatan (Antartika) mulai menyusut sebanyak 160 miliar ton setiap tahunnya. Es sebanyak itu meleleh dan menaikkan volume air laut.

Belasan Basis Militer AS Bisa Lenyap Akibat Perubahan Iklim

Perkiraan ini didapat berkat bantuan kapal luar angkasa Cryosat milik Eropa. Cryosat dilengkapi dengan perangkat radar yang secara khusus didesain untuk mengukur bentuk dan ketebalan es kutub. Ternyata, angka 160 miliar ton itu berjumlah dua kali lipat dibanding hasil temuan sebelumnya. Secara tidak langsung, es yang meleleh di Kutub itu akan menaikkan volume air laut sebanyak 0,43 milimeter per tahun.
Bencana Perubahan Iklim Akan Berlangsung 10 Ribu Tahun


Dilansir
BBC
dari jurnal
Geophysical Research Letters
, Selasa 20 Mei 2014, Cryosat telah melakukan pengukuran selama 3 tahun sejak 2010 lalu, melanjutkan observasi yang dilakukan oleh satelit lain sepanjang 2005 hingga 2010. Cryosat menggunakan altimeternya untuk melacak perubahan tinggi es, dimana volume es meningkat saat hujan salju dan menurun saat meleleh di musim panas.


Dalam penelitiannya, Cryosat membagi wilayah Kutub menjadi 3 bagian, Kutub Timur, Kutub Barat dan Peninsula yang memiliki wilayah terpanjang dan cakupannya hampir menjangkau Amerika Selatan. Cryosat menemukan, hampir semua es di kutub menyusut 2 sentimeter. Di wilayah Barat, es yang meleleh mencapai 134 miliar ton, sedangkan di Timur mencapai 3 miliar ton dan di wilayah Peninsula mencapai 23 miliar ton es per tahun.


Para ilmuwan telah memprediksi pencairan es Kutub ini sejak lama. Bahkan ada sebuah area yang bernama Amundsen Sea Embayment yang memiliki enam gletser terbesar. Sayangnya gletser tersebut terancam mencair akibat air laut yang menghangat dan akan menghilang seiring dengan perubahan iklim yang terjadi. Diperkirakan 90% pencairan es kutub ini terjadi karena kondisi cuaca yang cukup ekstrim.


Pencairan ini masih dibilang hanya sebagian kecil dari total level air laut yang potensial berasal dari Kutub, atau sekitar 26,5 juta kubik kilometer es yang setara dengan 58 meter kenaikan level air laut.


"Cryosat memberikan pemahaman kepada kita tentang kondisi Kutub yang sebenarnya dalam 3 tahun belakangan. Oleh karena itu kita juga akan melakukan survei terhadap keseluruhan wilayah. Kami menemukan jika es terus menyusut, khususnya di wilayah barat Antartika. Di wilayah Timur, kondisinya cenderung stabil, tak ada penyusutan atau penambahan es dalam kurun 3 tahun ini," ujar Dr. Malcolm McMillan dari NERC, pusat penelitian kondisi Kutub yang digagas Leeds University, Inggris.


Cryosat sendiri merupakan kapal luar angkasa yang diluncurkan pada 2010 dan didedikasikan untuk mengukur perubahan kondisi Kutub. Dilengkapi dengan 2 antena agar bisa mendeteksi dengan akurat, tidak hanya perubahan ketinggian es tapi juga bentuk dan ukuran. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya