Mega Data Breach: Ancaman Pengguna Internet 2014

Sumber :
  • REUTERS/ Kacper Pempel

VIVAnews - Internet merupakan buah teknologi yang membantu kinerja manusia. Namun dibalik itu semua, dunia maya ini menjadi sasaran empuk bagi para peretes untuk mencuri data-data dari penggunanya.

Mansory Sulap Vespa Elettrica Menjadi Skuter Mewah

Internet Security Threat Report (ISTR), melaporkan di tahun 2013, ada peningkatan 62 persen dari tahun sebelumnya mengenai jumlah pelanggaran data global, sehingga lebih dari 552 juta identitas terekspos.

Menurut Symantec, sistem keamanan internet di Indonesia masih rawan akan pencurian data. Hal ini terbukti dengan Indonesia menduduki peringkat 22 di tahun 2013.

Usut Penyebab Kebakaran Toko Frame di Mampang, Polisi Bakal Gelar Olah TKP Pekan Depan

"Keamanan internet Indonesia menurun tahun lalu dan berada di peringkat ke-22 di dunia. Indikasi ini menjelaskan pejahat cyber tidak berkurang," kata Alex Lei, Direktur Security Sales ASEAN dan Korea di Hotel Intercontinetal Mid Plaza, Rabu 7 Mei 2014.

Lei menuturkan, saat ini dunia maya sedang mengalami tren Mega Data Breach, yaitu sebuah pencurian data skala besar. Para pencuri ini mengincar Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mempunyai karyawan kurang dari 250 orang.

Ngeri, ABG di Bekasi Kini Tawuran Pakai Panah

"Perusahaan menengah ini biasanya tingkat keamanannya biasa, bila dibandingkan dengan perusahaan besar yang sudah menjaganya dengan keamanan tinggi," ujar Novan Tambunan, Systems Engineer Symantec Indonesia.

Dengan data tersebut, membuktikan bahwa dunia internet khususnya di Indonesia, menjadi harta karun bagi para peretas.

Perkembangan teknologi saat ini memunculkan alat-alat yang dapat langsung terkoneksi dengan internet. Mulai dari telepon genggam, CCTV, televisi, hingga wearable, atau perangkat aplikatif yang terkoneksi dengan internet dan bluetooth.

Perangkat ini menjadi primadona kehadirannya, karena sebuah kepraktisannya, bisa dipakai atau dikenakan layaknya aksesoris seperti jam, kacamata, earphone, dan gelang.

Seperti halnya perangkat wearable untuk kesehatan. Perangkat ini membantu penggunanya dapat mengetahui kondisi kesehatannya tanpa harus bertanya kepada dokter. Dengan terhubung ke internet, pemiliknya bisa langsung mengunggah di jejaring sosial.

Hal tersebut menjadi kenyamanan, tapi dibalik itu semua alat-alat yang terkoneksi secara online, bisa ditembus oleh peretas sehingga mengetahui orang yang ingin dicuri informasi identitas mengenai dirinya.

"Ada pesaing yang ingin mengetahui kesehatan kompetitornya, misalnya orang itu menggunakan wearable tentang level glukosa. Kemungkinan buruknya, pesaing ini dapat meracuni musuhnya berdasarkan info dari wearable," ungkap Novan.

Alex Lei mengatakan untuk mengatasi Mega Data Breach ada beberapa langkahnya, yakni:

1. Mengetahui data anda sendiri dengan memfokuskan keamanan data anda sendiri bukan perangkat atau data center.

2. Edukasi terhadap karyawan. Dengan memberikan panduan tentang perlindungan informasi, termasuk kebijakan dan prosedur untuk melindungi data sensitif pada perangkat peribadi dan perusahaan.

3. Menerapkan sistem keamanan yang kaut dengan memperkuat keamanan dengan pencegahan kehilangan data, keamanan jaringan, keamanan titik akhir, ekripsi, dan kata sandi double untuk tiap datanya. (adi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya