Peta Ini Prediksi Masa Depan Kehidupan Makhluk di Bumi

Peta Madingley
Sumber :
  • www.madingleymodel.org
VIVAnews -
Detik-detik Pelaku Dugaan Pelecehan Seksual Anak di Bawah Umur Diamuk Massa
Seperti apa wujud kehidupan makhluk di Bumi pada masa depan? Tentu ini hal yang susah dibeberkan. Tapi peneliti di Microsoft Research Cambridge mencoba menggambarkan akhir dunia itu dengan sebuah simulasi pemetaan.

Terpopuler: Pengakuan Shin Tae-yong ke Ernando, Kata Pelatih Australia Usai Dihajar Timnas Indonesia

Model peta yang dinamakan model Madingley itu merangkum peta pertumbuhan, migrasi dan kehidupan makhluk di Bumi.
Waspada! Buaya Masih Berkeliaran di Kolam Ikan Milik Warga Medan Labuhan


Melansir
Daily Mail
, Kamis 24 April 2014, dalam dua tahun terakhir, ahli ekologi mengembangkan peta simulasi dengan menggunakan data real arus karbon. Peta ini diharapkan jadi Model Ekosistem Umum atau GEM, yang menangkap seluruh struktur dan fungsi ekosistem di dunia.


Peta menunjukkan grafik jumlah makhluk di area tertentu. Area yang berwarna merah, mewakili area dengan jumlah makhluk yang lebih banyak. Hasil peta menunjukkan, di masa depan, makhluk yang berada area samudera lebih banyak dibanding di daratan.


Peta model GEM, kata peneliti, bisa diterapkan di sabana Afrika guna mengukur total biomassa dari semua tumbuhan sampai hewan. Peta itu dipatok bisa memetakan aliran energi dan nutrisi dalam rantai makanan dari waktu ke waktu.


Dengan menggunakan model itu, ahli ekologi dapat mengeksplorasi masalah lingkungan misalnya perburuan hewan maupun hilangnya binatang.


"Lima tahun lalu, orang menyangsikan tak mungkin membangun sebuah model ekosistem global karena terlalu banyak kompleksitas dan ketidakpastian," ujar Stephen Emmott, Kepala Laboratorium Cambridge. Namun, kini tim peneliti telah mampu melakukannya dan segera akan mempublikasikan untuk publik.


Memang peneliti mengakui permodelan tiap organisme ekosistem tergolong susah mengingat akan membutuhkan daya komputasi yang terlalu banyak. Tapi peneliti akhirnya mampu memperoleh hasil valid dengan menerapkan aturan tentang cara berperilaku makhluk dalam berkelompok.


"Model pemetaan ini dapat membantu mengatasi isu lingkungan, khususnya dampak tekanan manusia seperti hilangnya habitat," ujar peneliti dalam situs mereka.


Model peta itu memang masih menuai kontroversi. Beberapa ahli ekologi meyakini alam terlalu kompleks untuk model tersebut. Sedangkan peneliti lain mengatakan hasil model itu tak pasti untuk jadi dasar keputusan penting.


Sejauh ini model peta itu masih dalam prototipe yang mendorong peneliti lebih terlibat dalam proyek studi. Selanjutnya peneliti akan merilis model peta secara terbuka sebagai
open source
, dengan harapan siapa pun bisa memeriksa versi model dan mengembangkan lebih lanjut.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya