NASA Dapatkan 7 Partikel Kuno Sebelum Tata Surya

Ilustrasi komet
Sumber :
  • Geek
VIVAnews
PDIP Bisa jadi Oposisi, Bantu Pemerintah Mengkoreksi Bukan Saling Berhadapan
- Peneliti Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) makin menemukan titik terang muatan kuno yang dibawa pesawat antariksa NASA, Stardust.

Viral Emak-emak di Taput Dituduh Curi Ketang Dihukum Telanjang, Begini Kata Polisi

Tim peneliti NASA menemukan bukti tujuh partikel debu antar-bintang yang bobotnya hanya beberapa sepertriliun gram.
BYD Pajang Mobil Konsep Ocean-M di Auto China 2024


Menariknya, partikel itu merupakan partikel purba pertama kali yang ditemukan dan tak berubah, meski muncul sebelum tata surya.

Melansir
Geek
, Selasa 25 Maret 2014, pesawat Stardust telah diluncurkan ke antariksa pada 1999 untuk misi melacak ekor berdebu komet Wild 2. Misi selesai pada 2004, sebelum dua tahun kemudian kembali ke Bumi dengan membawa sampel debu.


Peneliti disebutkan tertarik dengan sampel debu komet, mengingat keyakinan material dari komet Wild 2 akan menjadi penyimpanan debu antar-bintang yang tak ternoda oleh panas Matahari.


Namun ternyata, mineral dalam debu komet yang dikumpulkan Stardust tak begitu murni. Material itu telah dipanaskan, meleleh dan benar-benar berubah di suatu tempat di dekat Matahari yang baru lahir, sebelum akhirnya dibawa ke luar tata surya dan dimasukkan ke komet di zona jauh melebihi planet terluar.


Untungnya, pesawat Stardust memiliki misi kedua mencegat Wild 2. Jadi, antara 2000 dan 2002, panel Stardust mengumpulkan debu ke antariksa bagian dalam serta menunggu partikel itu untuk mengalir ke dalam tata surya.


Panel Stardust ditutupi lapisan tipis aerogel dan bahan berbasis silika yang 99,8 persen merupakan ruang kosong. Desain panel itu dimaksudkan memperlambat dan mempertahankan partikel debu tanpa menguapkan mereka.


Sistem ini dirancang untuk memperlambat dan menangkap partikel antar-bintang tanpa membakar partikel.


Cara ini memang hanya upaya terbaik, sebab partikel antar-bintang itu berukuran seperseribu massa debu komet dan bisa melayang dengan kecepatan 15 ribu km per jam.


Peneliti membutuhkan waktu beberapa tahun mendalami debu pada aerogel untuk membuktikan debu antar-bintang. Tapi, akhirnya, peneliti merampungkan analisisnya setelah mendapat bantuan lebih dari 30 ribu sukarelawan.


"Kami benar-benar tak tahu bagaimana lagi menemukan partikel tertanam," ujar Andrew Westphal, anggota tim Stardust dari Universitas California.


Jumlah sukarelawan itu dilibatkan dalam mengamati seratus juta pencarian gambar mikroskopik pada panel, dan kemudian berhasil mengidentifikasi 7 debu berdampak.


Dari analisis ini, tim menemukan dua sampel partikel, dinamai Orion, yang berbobot masing-masing tiga sepertriliun gram, atau 100 miliar di antara sebutir gula, melaju ke aerogel dengan kecepatan kurang dari 18 ribu kilometer per jam.


Satu lagi partikel datang dan melaju dengan cepat tanpa meninggalkan jejak. Sementara itu, empat partikel meledak dalam aluminium foil tipis di sekitar aerogel.


"Ini adalah prestasi yang sangat besar yang dimiliki tim Stardust saat ini," ujar Scott Messeger, ahli kosmologi kimia pada Johnson Space Center NASA di Houston Texas, yang di luar tim Stardust.


Guna memastikan butir partikel itu benar-benar partikel antar-bintang, peneliti harus memindahkan bintik kecil debu dari dalam aerogel menjadi instrumen untuk analisis lebih lanjut. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya