Game Online Bisa Pecahkan Teka-teki Sains

Ilustrasi gamer PC.
Sumber :
  • pcgamer.com
VIVAnews -
Dijagokan Wali Kota Bekasi, Jokowi Ogah Campuri Urusan Kaesang
Game dan sains tampaknya dua hal yang berseberangan, bahkan dianggap tidak berhubungan. Game online selalu berkaitan dengan pengalaman hiburan, sementara sains membidangi hal yang sangat ilmiah dan penuh dengan ujicoba serius.

Media Asing Sebut Kebugaran Pemain Guinea Ungguli Indonesia: Mereka Tak Bertanding 3 Bulan

Namun, tak banyak diduga, pola permainan game online di satu sisi dapat membantu ilmuwan memecahkan persoalan, yang selama ini kerap membuat ilmuwan garuk-garuk kepala.
Polisi Gelar Perkara Lagi Kasus Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Ada Tersangka Baru?


Dilansir Guardian,
Senin 27 Januari 2014, hal ini terbukti pada dua tahun silam. Konsep game online Foldit membantu memecahkan solusi para ilmuan.


Pemain game '
Foldit'
diminta ilmuwan untuk memecahkan struktur protein dan ternyata mereka bisa memecahkan struktur enzim yang menyebabkan penyakit semacam AIDS pada monyet.


Game
Foldit
merupakan game seputar pelipatan protein. Ilmuwan yang selama 13 tahun mengerjakan masalah pelipatan protein terkejut ketika konsep pelipatan protein itu diselesaikan gamer hanya dalam waktu tiga minggu saja.


Bukti lain sisi positif konsep game online masih ada. Selang setahun setelah game
Foldit
itu mampu membantu ilmuwan, game bertema astronomi,
'Planet Hunter'
juga membantu ilmuwan menemukan planet selain Bumi yang berpotensi mendukung kehidupan.


Planet Hunter
merupakan game untuk menemukan planet dengan empat bintang dalam sistemnya. Secara tak langsung, astronom menemukan 40 planet layak huni, yang sebelumnya tak terjawab oleh astronom profesional.


Bagaimana pola game online bisa menyimpan keberkahan demikian?


Meski bidang game dan sains sangat jauh, namun pada dasarnya kedua bidang itu menjalankan pola analisis yang mirip. Game menjalankan permainan dengan menyelaraskan pola, mencetak poin. Sementara peneliti memecahkan analis genetik yang di dalamnya menemukan urutan dan pola data acak.


"Otak kita diasah untuk mengenali pola," jelas Erinma Ochu, ahli saraf dan peraih fellow di University of Manchester.


Menurutnya, ilmuwan bisa memanfaatkan bantuan gamer sebab otak manusia lebih baik dari komputer.


"Jadi, ini adalah cara kerja baru para ilmuwan, tapi selama mereka  mempelajari bagaimana pengembang game membuat game terbaik, maka ada banyak orang di seluruh dunia mempekerjakan data ilmuwan," tambah Ochu.


Zoran Popovic, Direktur Centre Game Science Washington University, yang juga pencipta game Foldit menjelaskan potensi gamer dari keterkaitan itu.


"Tak peduli proses akademik apa yang telah kita lalui. Pada akhirnya, kita mengurangi populasi besar sarjana yang mengenyam ilmu pengetahuan di bangku kuliah," kata dia. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya