Studi: Ganja Lebih Sehat Ketimbang Rokok

Uruguay resmi legalkan ganja
Sumber :
  • REUTERS/Andres Stapff
VIVAnews -
Kerbau Albino Diundang ke Gedung Pemerintah, Harganya Rp7,8 Miliar
Tim peneliti dari University of California, San Francisco, (UCSF) dan University of Alabama, AS, melakukan studi tentang fungsi paru-paru. Kelompok peneliti itu menemukan bahwa ganja memiliki efek merusak yang lebih rendah daripada tembakau atau rokok. Meskipun dua zat itu mempunyai komponen yang sama.

Terdakwa Yosep Subang Diadili Bunuh Istri dan Anak Demi Uang, Korban Dibacok Pakai Golok

Melansir situs resmi
Bank Muamalat Cetak Laba Rp 14,1 Miliar pada 2023, Aset Tumbuh 9 Persen
UCSF, 11 Desember 2013, penelitian itu melibatkan lebih dari 5.000 orang dewasa di AS selama kurun waktu 20 tahun.


Hasilnya, merokok tembakau dapat menyebabkan kerusakan paru-paru yang signifikan, seperti gejala pernafasan, penyakit paru-paru kronis, bahkan kanker paru-paru. Terbukti, lebih dari 443.000 kematian di dunia disebabkan oleh tembakau.


Sementara itu, berdasarkan data
U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC),
efek penggunaan ganja dalam jangka panjang terhadap kerusakan paru-paru masih sangat jarang ditemukan.


"Kami sangat terkejut dengan temuan ini. Kami menemukan pola yang berbeda dari paparan tembakau dan ganja pada paru-paru," kata Mark Pletcher, pemimpin penelitian dan Profesor Epidemilogi Klinis dari UCSF.


Pada dasarnya, efek buruk dari tembakau dan ganja terhadap paru-paru hampir sama. Namun, itu menjadi berbeda ketika jumlah yang dikonsumsinya berbeda.


Perbandingan paru-paru perokok (kanan) dan bukan perokok. (drugabuse.gov)

"Intinya, semakin banyak Anda menghisap rokok maka semakin banyak kerugian yang Anda dapatkan. Pengguna tembakau biasanya menghisap rokok hampir 10 sampai 20 batang per hari," papar Pletcher.

"Beda halnya dengan ganja yang hanya dikonsumsi sebanyak satu sampai tiga batang dalam sebulan. Itulah mengapa paparan ganja tidak begitu merusak paru-paru," kata Stefan Kertesz, rekan penelitian dari  University of Alabama.

Selain itu, pada umur 20-an tahun, banyak remaja yang masih mencoba-coba ganja. Jadi, efek merusak jangka panjangnya relatif lebih rendah.

"Efek berbahaya dari ganja terhadap paru-paru bisa jadi lebih berbahaya daripada tembakau. Persoalannya adalah banyak pengguna ganja saat ini yang takut untuk dijadikan bahan penelitian," ujar Kertesz.

Studi lanjutan

Untuk mengetahui efek jangka panjang dari pengguna ganja, tim peneliti akhirnya mulai meneliti orang dengan rentang umur 18 sampai 30 tahun yang terdapat di Oakland, Chicago, Minneapolis, dan Birmingham.

Mereka mengajukan diri menjadi bagian dari penelitian jangka panjang dan bersedia menjawab pertanyaan seputar pemakaian tembakau dan ganja.

"Kami percaya mereka bisa melengkapi data mengenai pengetahuan tentang efek yang tidak berbahaya pada ganja terhadap paru-paru. Dan manfaat lain ganja, seperti mengurangi rasa sakit, merangsang nafsu makan, meningkatkan mood, dan lainnya," kata Pletcher.

Dari penelitian itu, diharapkan dapat menemukan kesimpulan bahwa penggunaan ganja bisa dilakukan untuk tujuan lain yang tidak berkaitan dengan kerusakan paru-paru.

"Kami sangat berhati-hati dalam mengungkap efek dari ganja. Fokus kami adalah menemukan efek berbahaya dari ganja terhadap paru-paru, terutama pada orang yang sering mengonsumsi ganja selama bertahun-tahun," ujar Pletcher. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya