Suhu Panas di Kutub Utara, Tertinggi dalam 44.000 Tahun

Bongkahan es Kutub Utara.
Sumber :
  • Reuters/Francois Lenoir
VIVAnews
Death Toll Rises to 140 in Moscow Terrorism Attack
- Sudah banyak penelitian yang mengatakan bahwa lapisan es di Kutub Utara terus mencair akibat adanya perubahan iklim. Lalu, bila kondisi itu dibandingkan dengan masa lalu, seberapa parah menipisnya lapisan es di wilayah Artik itu?

Wajah Sering Kena Matahari Jangan Abaikan Penggunaan Moisturizer

Melansir
Suzuki Siapkan 66 Bengkel Siaga Dukung Mudik Lebaran 2024
Live Science , Minggu 27 Oktober 2013, penelitian terbaru menunjukkan suhu musim panas di Kutub Utara abad ini adalah yang terpanas dalam kurun waktu 44.000 tahun yang lalu.


"Pemanasan ini alami terjadi karena efek gas rumah kaca yang meningkat di atmosfer Bumi," kata Gifford Miller, peneliti dari University of Colorado, Boulder, Amerika Serikat.


Dari temuan ini menunjukkan bahwa tingkat panas di laut Artik melebihi puncak panas pada periode Holosen sekitar 11.700 tahun lalu. Periode Holosen terkenal akan tingkat radiasi matahari sebesar 9 persen lebih tinggi dari saat ini.


"Meningkatnya suhu panas itu diketahui dari gelembung gas yang terperangkap di dalam inti es salju yang diambil dari beberapa wilayah di Kutub Utara. Selain itu, peneliti juga mengambil sampel tanaman lumut yang dianalisis tingkat radiokarbonnya," jelas Miller.


Dari hasil analisis itu, Miller menambahkan, tanaman lumut ternyata telah terperangkap dalam es selama 44.000 tahun atau bahkan dalam waktu 120.000 tahun. "Dari data itu menunjukkan di Kutub Utara pada 120.000 tahun lalu tidak setebal pada saat ini," ujarnya.


Suhu di Kutub Utara memang terus memanas selama sekitar satu abad terakhir. Tapi, tingkat terpanasnya dimulai sejak 1970.


"Suhu panas di Kutub Utara dalam waktu 20 tahun terakhir sangat menakjubkan. Beberapa lapisan salju di Pulau Baffin mulai mencair dan menghilang. Kami berharap suhu panas di Kutub Utara tidak meningkat lagi," tutup Miller.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya