Cara Mudah Identifikasi Orang Bohong dan Simpan Rahasia

Berbohong
Sumber :
  • http://www.dearryk.com
VIVAnews - Bagi sebagian besar orang, saat rekan kerja atau teman menyembunyikan sesuatu, bisa jadi masalah atau rekan tidak sepenuhnya menyampaikan apa yang sebenarnya dialami. Juga jadi masalah kalau teman Anda tidak jujur dalam suatu hal.
Polisi Antisipasi Macet di Jadetabek Karena Mudik Lokal di Hari Lebaran

Nah, peneliti telah mempelajari studi untuk mengidentifikasi kebohongan seseorang, melalui pesan email seseorang.
Berpantun, Dubes Iran Ucapkan Selamat Idul Fitri Bagi Rakyat Indonesia

Dilansir Telegraph, Selasa 6 Agustus 2013, sebuah studi Carnegie Mellon University, Pittsburgh, Pennsylvania, AS, yang dilaporkan Scientific American menemukan orang yang menyembunyikan kebenaran atau rahasia memiliki pola komunikasi email yang berbeda. 
Momen Jokowi-Ma'ruf Amin Salat Id di Istiqlal

Peneliti Carnegie Mellon itu menyebutkan orang yang berbohong ternyata banyak menampilkan bahasa yang lebih menipu, lebih banyak emosi negatif dan lebih sedikit menggunakan kata-kata seperti "saya" atau "aku".

Studi juga menyebutkan panjang dan jumlah email juga bisa jadi petunjuk, seperti halnya tulisan email yang ditulis lebih lama setelah seseorang menerima email sebelumnya.

Untuk menyingkap kebohongan penulis email, peneliti Carnegie Mellon melibatkan 62 orang dewasa yang mengaku merahasiakan kebenaran yang mengubah hidup.

Studi mencatat, lebih dari setengah responden itu menjaga rahasia romantis atau seksual, sedangkan responden yang lain menyembunyikan sesuatu yang berkaitan dengan keluarga, kesehatan mental, pekerjaan sampai masalah hukum.

Peneliti juga menyampaikan mereka menjaring komunikasi email selama satu tahun dari email responden. Waktu itu, termasuk beberapa saat sebelum peneliti mengetahui rahasia responden.

Temuan tim Carnegie Mellon juga sesuai dengan studi lain yang dilakukan peneliti University of Texas, Austin, AS.

Peneliti University of Texas, James Pennebaker, bersama rekannya telah mempelajari email dari wanita, yang cenderung ingin menyembunyikan episode depresi dari teman-teman mereka.

Pennebaker bersama rekannya menemukan wanita lebih banyak mengirimkan email dan menggunakan kata lebih banyak di dalam email, saat merasa tertekan dibanding saat mereka berada dalam pengampunan. Dan, kondisi itu lebih dari wanita yang dalam keadaan normal.

Wanita juga tercatat menggunakan ekspresi emosi negatif lebih sedikit, dan menggunakan lebih banyak kata emosi positif maupun kata "I" dan "me".

"Orang yang depresi menghabiskan banyak waktu untuk berkedok. Mereka menggunakan strategi komunikasi untuk tampil lebih gembira," jelas Pennebaker.

Pada penelitian sebelumnya, Pennebaker beserta timnya menemukan pola bahasa khusus yang digunakan politisi dunia dalam menjaga rahasianya.

Misalnya, pola komunikasi Presiden George W Bush, yang lebih sedikit menggunakan kata ganti tunggal seperti "I", "me" atau "my" selama berbulan-bulan sebelum invasi ke Irak. 

Presiden AS ke-33, Harry S. Truman, kata Pennebaker, juga melakukan hal yang sama sebelum negara adidaya itu menjatuhkan bom atom di Hiroshima, Jepang pada masa perang dunia kedua.

Baru-baru ini, tim Pennebaker juga menganalisis bahasa yang digunakan bomber bom maraton Boston, Dzokhar Tsarnaev. Menurut dia, teroris itu juga menggunakan kata ganti orang pertama jauh lebih sedikit dalam pesan Twitter-nya sejak Oktober 2012. 

Kedua studi tersebut telah dipresentasikan pada konvensi tahunan American Psychological Association pekan lalu. (art)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya