Studi: Pil Ganja Bisa Mengurangi Rasa Sakit

Daun ganja.
Sumber :
  • REUTERS/Anthony Bolante

VIVAnews - Dewasa ini, terjadi perdebatan mengenai legalisasi ganja untuk dunia medis, tak hanya di Indonesia tetapi juga beberapa negara lain.

Otoritas IKN Kerjasama dengan Universitas Leiden Belanda

Muncul kekhawatiran tentang efek negatif ganja, "fly" sampai halusinasi, tapi di sisi lain banyak yang menyatakan ganja baik bagi kesehatan.

Baru-baru ini, dilansir Live Science, 23 April 2013, ada penelitian yang mengungkapkan sebuah pil yang berbahan dasar ganja (pil ganja) dapat berfungsi sebagai obat penghilang rasa sakit dan memiliki efek samping yang tidak terlalu berbahaya.

Peneliti menguji coba dengan cara merendam tangan di dalam es. Hasilnya, orang yang telah menelan pil ganja dan orang yang menghisap ganja merasakan efek yang sama, tidak merasakan sakit pada tangannya yang direndam di dalam air es.

Lebih dari itu, hasil dari uji coba itu adalah orang-orang yang menelan pil ganja memiliki daya tahan sakit lebih lama ketimbang yang menggunakan ganja dengan cara dihisap.

"Dalam hal mengurangi rasa sakit, pil ganja dapat bertahan sampai satu jam. Sementara penggunaan ganja dengan cara dihisap hanya mampu menahan sakit dalam waktu 15 menit," kata Ziva Cooper, anggota peneliti sekaligus asisten profesor neurobiologis klinis di Departemen Psikiatri Columbia University.

Dia menambahkan, penggunaan ganja sebagai pengobatan sudah legal di 18 negara. Sebuah studi pada tahun 2010 juga menemukan bahwa menghisap ganja dapat mengurangi rasa sakit saat terjadi cedera saraf.

"Tapi, penggunaan ganja dengan cara dihisap akan menimbulkan penyakit. Zat dalam asap akan mengurangi fungsi paru-paru. Ini meningkatkan risiko kanker," ujar Cooper.

Cooper menegaskan, penemuan baru dengan menggunakan ganja dalam bentuk pil memiliki banyak manfaat. Selain efek mengurangi rasa sakitnya lebih lama, pil ganja juga tidak memiliki risiko kesehatan seperti dengan cara dihisap seperti rokok.

"Selain itu, penggunaan pil ganja juga kurang menimbulkan efek memabukkan, sehingga penggunaan pil ini harusnya tidak berpotensi untuk disalahgunakan," tambah dia.

Penelitian Lanjut

Namun, hasil penelitian tersebut perlu ditindaklanjuti. Banyak yang meragukannya. Uji coba yang dilakukan oleh para peneliti hanya melibatkan orang-orang yang terbiasa mengonsumsi ganja dan dilakukan hanya kepada 30 orang.

"Hasil penelitian belum jelas. Saya ingin melihat hasilnya jika dilakukan oleh orang yang belum pernah mengonsumsi ganja," kata Dr John Roberts, Ahli Onkologi dari Yale School of Medicine di Amerika Serikat.

Penggunaan ganja sebagai penghilang rasa nyeri bisa dilakukan dengan banyak cara. Misalnya, kata Roberts, ada orang-orang yang lebih menginginkan penggunaan ganja dengan cara dihisap untuk mengurangi rasa sakit.

"Sekarang permasalahannya, apakah pil ganja bisa berpotensi membuat seseorang ketagihan? Jika berpotensi, ini akan kembali lagi pada kebijakan publik terhadap penggunaan ganja," kata Roberts. (umi)

Ilustrasi/Petani

Harga Kembang Pala Meroket hingga Ratusan Ribu Gegara Bumbu Masakan Diburu

Harga bunga pala (fuly) di pusat penjualan hasil perkebunan di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) meroket saat ini.

img_title
VIVA.co.id
19 Maret 2024