Inovasi Pengendali Gadget via Pikiran Dikembangkan

Ilustrasi Otak
Sumber :
  • iStockphoto
VIVAnews -
Megawati Ajukan Amicus Curiae ke MK, Pakar Hukum: Upaya Intervensi Peradilan
Samsung terus mengembangkan pengalaman menggunakan gadget dengan inovasi terbaru. Desas-desus yang beredar, para peneliti Emerging Technology Lab Samsung tengah mengembangkan perangkat mobile yang dapat dikendalikan pikiran pengguna.

HUT Ke-61, Taspen Tegaskan Komitmen Genjot Kesejahteraan Masyarakat

Slashgear
Asia Business Council 2024, Menko Airlangga Kasih Bukti Ketahanan Ekonomi Indonesia
melansir, 22 April 2013, inovasi ini akan menjadi lompatan besar bagi Samsung untuk memenangkan kompetisi. Sebab, inovasi ini dianggap bermanfaat bagi orang yang merasa menderita berbagai gangguan ponsel dan akan mengubah peta game dalam industri teknologi di sisi lain.

Teknologi yang dikembangkan perusahaan asal Korea Selatan ini memungkinkan pengguna menjalankan aplikasi, musik, menghidupkan dan mematikan tablet, serta banyak hal lainnya.


Saat menguji, peneliti Samsung menggunakan topi yang dilengkapi dengan elektroda monitoring EEG guna menyampaikan tindakan pengguna.


Topi itu memanfaatkan sinyal pendeteksi otak EEG untuk merespons perintah. Di sisi lain, peneliti memantau pola aktivitas otak yang sangat dikenali saat orang menunjukkan pola visual yang berulang.


Dengan hanya berfokus pada ikon berkedip di frekuensi tertentu, peneliti dapat melakukan berbagai tindakan seperti meluncurkan aplikasi, mematikan atau menyalakan musik.


Soal kecepatan respons, pikiran pengguna akan memproses tindakan dalam lima detik, dengan tingkat akurasi 80 sampai 95 persen.


Kepala peneliti Samsung, Insoo Kim mengatakan, peneliti masih memerlukan beberapa langkah penelitian lebih lanjut untuk membuat fitur ini inovatif dan benar-benar jadi kenyataan.


"Inovasi baru dalam berinteraksi dengan gadget itu mengubah cara inovasi sebelumnya. Dari keypad kecil jadi pusat mengendalikan ponsel, kini berubah cukup hanya menggunakan suara, sentuhan hingga gestur tubuh pengguna," kata Kim.



Sementara itu, Robert Jacob, peneliti Human-Computer Interaction Researcher pada Universitas Tuft, Amerika Serikat mengatakan, proyek inovasi ini bisa menjadi alternatif interaksi dengan gadget mereka, meski gadget berada di kantong atau saku pengguna. 


Namun, untuk tahap awal, ketika fitur baru ini tersedia untuk perangkat bergerak, Assistant Professor of Electrical Engineering dari University of Texas, Roozbeh Jafari mengatakan, kemungkinan pengguna harus mengenakan topi EEG untuk menggunakannya. (sj)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya