Ilmuwan: Bakteri di Langit Bisa Ubah Cuaca

Ilustrasi awan
Sumber :
VIVAnews -
6 Fakta Mengerikan di Balik Gran Max Maut yang Tewaskan 12 Penumpangnya di Km 58
Sekelompok tim ilmuwan badai menemukan adanya bakteri dan jamur yang menghuni langit, sekitar 30 ribu kaki, setara 9,1 kilometer, di atas permukaan Bumi.

Menhub akan Usulkan ke Jokowi: Pekerja WFH untuk Cegah Kepadatan Arus Balik Lebaran

Uniknya, temuan yang dirinci dalam
6 Bintang Top Dunia yang Ternyata Hasil Naturalisasi, No 3 Pasti Kamu Syok
Proceedings of the National Academy of Sciences itu, menunjukkan bahwa mikroba memiliki potensi untuk memengaruhi cuaca.


Untuk meneliti bakteri terbang tersebut, ilmuwan atmosfer di Georgia Tech, Athanasios Nenes dan sejumlah koleganya sampai-sampai menumpang pesawat NASA beberapa kali. Sebab, instrumen yang ada di dalam pesawat bisa mengambil sampel udara sebelum, selama, dan sesudah badai Earl serta Karl pada 2010.


Pesawat NASA mengudara di atas Karibia dan Atlantic, pada lapisan troposfer, atau sekitar 9,6 kilometer dari permukaan Bumi. Para peneliti melakukan sembilan kali penerbangan.


Selama penerbangan, peneliti mengumpulkan udara luar melalui serangkaian penyaringan. Dalam satu kali tangkapan, peneliti menangkap materi dari rata-rata 212 meter kubik udara, atau 6.003,17 liter udara.


Para peneliti mengambil beberapa sampel udara, baik ketika massa berawan sebelum badai Earl, hingga udara bebas awan setelah Badai Karl berlalu.


Setelah itu, peneliti fokus pada gen ribosomal RNA, yang disebut SSU rRNA. Gen ini dipercaya bisa mengidentifikasi spesies bakteri. Ternyata, ada sekitar 144 sel bakteri per meter kubik udara.


Bakteri ini menyumbang 20 persen materi dari tiap-tiap partikel. Materi tersebut diasumsikan oleh para peneliti adalah garam laut dan debu. Komposisi ini yang kemudian berpengaruh pada cuaca.


"Kami sungguh terkejut," kata Nenes, salah satu peneliti yang juga ilmuwan atmosfer di Georgia Tech, dikutip
LAtimes,
Rabu 30 Januari 2013.


Penyaringan pada jamur juga dilakukan, kendati konsentrasinya maksimal hanya 10 persen.


"Populasi mikroba sangat berbeda sebelum dan setelah badai. Itu masuk akal, sebab angin topan memiliki potensi untuk mengusir sekumpulan hama ke udara," jelas Nenes. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya