Gagal Prediksi Gempa, Ilmuwan Italia Divonis 6 Tahun

Alun-alun di Kota L'Aquila, Italia
Sumber :
  • Ra Boe/Creative Commons/Wikimedia

VIVAnews - Sebuah putusan pengadilan Italia menggegerkan kalangan ilmuwan dunia. Memunculkan kembali debat ilmiah, apakah gempa bisa diprediksi atau di luar kekuasan manusia.

Seperti dimuat BBC, pengadilan daerah di Italia pada Senin 22 Oktober 2012 menjatuhkan vonis 6 tahun pada enam ilmuwan dan seorang mantan pejabat. Mereka dianggap bertanggung jawab atas kejadian gempa bumi dahsyat di L'Aquila, Minggu malam 6 April 2009. Lindu dengan kekuatan 6,3 skala Richter itu merenggut 309 nyawa.

Apa salah mereka?

Sebelum bumi L'Aquila berguncang hebat, serangkaian gempa kecil telah terjadi di awal 2009 lalu. Enam seismolog dan pejabat pemerintah mengadakan pertemuan publik, di mana saat itu mereka mengatakan, serangkaian tremor kecil bukan pertanda terjadinya lindu dahsyat. Beberapa hari kemudian terbukti apa yang mereka katakan tidak tepat.

Hakim Marco Billi hanya butuh waktu sekitar empat jam untuk membuat keputusan, dalam kasus yang mulai disidangkan September 2011 lalu. Selain menghukum para terdakwa lebih berat dari tuntutan jaksa 4 tahun, para terdakwa dinyatakan bersalah atas tuduhan pembunuhan. Dengan memberikan informasi yang "tak lengkap, tak komplit, dan kontradiktif" tentang bahaya tremor yang dirasakan menuju Hari H, 6 April 2009.

Ketujuh terdakwa yang merupakan anggota National Commission for the Forecast and Prevention of Major Risks  atau Komisi Prakiraan dan Pencegahan Risiko Besar, juga diharamkan menempati jabatan publik apapun oleh pengadilan. Hakim juga memerintahkan terdakwa membayar biaya perkara dan ganti rugi.

Sebelumnya, jaksa mengutip keterangan seorang saksi, yang kehilangan ayahnya dalam bencana gempa L'Aquila. Namanya, Guido Fioravanti. Ia menelepon ibunya sekitar pukul 23.00 di malam gempa. "Aku masih mengingat ketakutan dalam suaranya. Mestinya mereka bisa mengevakuasi diri saat itu, namun mereka tetap tinggal karena mengikuti arahan komisi."

Sementara, pengacara mengatakan mereka akan mengajukan banding atas putusan itu. Dalam sistem hukum Italia, putusan hukum tingkat pertama tidak definitif sebelum setidaknya ada satu putusan level banding. Para terdakwa belum harus masuk bui.

Menanggapi putusan itu, terdakwa Bernardo De Bernardinis mengatakan keyakinannya, bahwa ia tak bersalah. "Saya yakin tidak bersalah di hadapan Tuhan dan manusia."

Sementara, terdakwa Enzo Boschi, mengaku sedih dan putus asa. "Saya masih tak mengerti mengapa saya dihukum."

Reaksi ilmuwan dunia

Kasus terkait gempa L'Aquila menimbulkan reaksi kalangan ilmuwan. Mereka menilai pengadilan sedang menghakimi ilmu pengetahuan, alih-alih para terdakwa.

Sejumlah komentar diutarakan, menilai vonis itu "tak adil", "tak bisa dipercaya", dan "konyol". Menurut saya, putusan itu sangat tidak adil dan bodoh," kata Seth Stein, geolog dari Northwestern University di Illinois. "Ini mencerminkan semacam kesalahpahaman dasar, terkait apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan ilmu pengetahuan."

Kasus itu juga dianggap bisa menjadi preseden buruk, mencegah para ilmuwan berbagi pengetahuan pada publik, karena khawatir diperkarakan secara hukum.

Lebih dari 5.000 ilmiwan telah menandatangani surat terbuka pada Presiden Italia, Giorgio Napolitano untuk mendukung para terdakwa.

Setelah putusan diumumkan, David Rothery dari Open University, Inggris menegaskan, sifat gempa tak terdeteksi.

Terkait apakah rentetan gempa kecil akan berujung pada gempa dahsyat, dia mengatakan, "tak ada kepastian soal itu."  (BBC, LiveScience | umi)

Jaringan Mubaligh Muda Indonesia Apresiasi Silaturahmi Rosan ke Megawati
pemain manchester city merayakan gol

Bantai Luton, Manchester City Tendang Arsenal dari Puncak Klasemen Liga Inggris

Manchester City menang besar saat menjamu Luton dalam laga lanjutan Premier League 2023/2024 di Stadion Etihad, Sabtu 13 April 2024. Arsenal digusur

img_title
VIVA.co.id
13 April 2024