- VIVAnews/ Muhamad Solihin
VIVAnews - Survei "Exit Poll" yang digelar Saiful Mujani Research and Consulting terhadap pemilih di Pemilihan Kepala Daerah Jakarta menemukan fakta menarik bahwa mayoritas responden mendapat informasi dari Internet daripada koran atau mendengar radio. Namun, televisi tetap merupakan media nomor satu yang paling sering dipantau.
Pertanyaan yang diajukan SMRC dalam survei setelah pemilihan pada 20 September 2012 lalu itu adalah, "Dalam satu bulan terakhir terakhir, seberapa sering Ibu/ Bapak menonton TV, membaca Koran, membaca internet, dan mendengar radio apapun acara atau programnya(sinetron, musik, berita, film, dll)?"
Dan jawabannya untuk media televisi:
61 persen "setiap hari atau hampir tiap hari";
13 persen "3-4 hari dalam seminggu";
6 persen "1-2 hari dalam seminggu";
18 persen "jarang (tidak setiap minggu)"; dan
2 persen "tidak pernah".
Untuk koran/ majalah:
16 persen "setiap hari atau hampir setiap hari";
9 persen "3-4 hari dalam seminggu";
11 persen "1-2 hari dalam seminggu";
40 persen "jarang (tidak setiap minggu)"; dan
24 persen "tidak pernah".
Untuk radio:
8 persen "setiap hari atau hampir setiap hari";
5 persen "3-4 hari dalam seminggu";
6 persen "1-2 hari dalam seminggu";
31 persen "jarang (tidak setiap minggu)"; dan
49 persen "tidak pernah".
Untuk media sosial (internet, Twitter, Facebook, dll):
20 persen "setiap hari atau hampir setiap hari";
8 persen "3-4 hari dalam seminggu";
6 persen "1-2 hari dalam seminggu";
18 persen "jarang (tidak setiap minggu)"; dan
48 persen "tidak pernah".
Lalu bagaimana pengaruh media yang dibaca terhadap pilihan? SMRC menemukan, 55 persen pembaca koran setiap hari mendukung Jokowi-Basuki Tjahaya Purnama, sementara hanya 38 pembaca koran setiap hari yang mendukung Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Sementara pendukung terbanyak Foke-Nara yang tidak pernah membaca koran (48 persen), sementara Jokowi 43 persen.
Pemirsa TV setiap hari pun lebih banyak memilih Jokowi-Ahok (50 persen), sementara Foke-Nara 42 persen. Sebaliknya, yang tidak pernah menonton TV terbanyak pilih Foke-Nara (48 persen), sementara Jokowi-Ahok hanya 27 persen.
Untuk pemirsa radio tiap hari, 57 persen memilih Foke-Nara, selebihnya pilih Jokowi-Ahok. Untuk pemirsa internet tiap hari, 1-4 hari dalam seminggu atau jarang, umumnya memilih Jokowi-Ahok. 47 Persen dari yang tidak pernah mengakses internet memilih Foke-Nara, sementara hanya 40 persen yang tidak pernah ini memilih Jokowi-Ahok.
Media Sosial
Dari temuan yang dilansir pada Minggu 23 September ini, SMRC menyimpulkan, intensitas paparan dari media massa berhubungan
cukup kuat dengan pilihan terhadap calon. "Warga yang terpapar pada berita di berbagai media massa, kecuali radio, cenderung memilih Jokowi-Ahok."
Soal kekuatan media sosial dalam kampanye Pilkada Jakarta ini, VIVAnews menemukan, ada korelasi positif keriuhan mengenai sepasang calon dengan elektabilitas dalam pilkada.
Exit poll dilakukan pada tanggal 20 September 2012 di 400 TPS yang dipilih secara random dan proporsional dari seluruh kota di DKI Jakarta. Di tiap TPS terpilih di pilih 2 pemilih (laki-laki dan perempuan) yang keluar dari TPS sebagai responden.
Jumlah responden yang berhasil diwawancarai sebanyak 740 (92.5%), Margin of Error ±3,7% pada tingkat kepercayaan 95%.
Laporan khusus soal ini bisa disimak di .
(ren)