Ahli Tiru Teknik Mayat Hidup "Frankenstein"

Frankenstein
Sumber :
  • Reuters

VIVAnews - Saat kegelapan panjang menyelimuti Eropa, musim panas tak datang kala itu akibat matahari diselimuti abu vulkanik Gunung Tambora. Sekitar tahun 1816, perempuan bernama  Mary Shelley berlibur di Danau Jenewa, Swiss.

Dalam kompetisi mengarang cerita yang digelar tuan rumah untuk mengalihkan perhatian dari cuaca yang menyedihkan, Shelley menghasilkan sebuah novel spektakuler yang tenar sepanjang massa, "Frankenstein". Jasad manusia yang dibangkitkan dengan kekuatan listrik.

Baru-baru ini para ilmuwan menyebutkan, ide "Frankenstein" bukan hanya sekedar khayal. Meski tak membangkitkan mayat, ilmuwan yakin, listrik suatu hari nanti bisa digunakan untuk menumbuhkan jaringan yang mati, atau menumbuhkan kembali bagian tubuh yang hilang. Atau dengan kata lain, arus dan medan listrik memegang kunci penting untuk kemajuan rekayasa jaringan.

Jauh di masa depan, ketika prinsip ini dikembangkan dengan maksimal, metode ini bisa membantu orang yang menderita cacat tubuh akibat kecelakaan atau perang, mendapatkan kembali tangan dan kaki mereka yang hilang.

Stimulus listrik, menurut ahli, selama ini telah membuktikan keberhasilannya merangsang pertumbuhan kembali saraf sensorik pada orang dengan syaraf tulang belakang yang rusak.

Ada juga bukti bahwa bio-medan listrik berperan dalam regenerasi ujung jari yang hilang, terutama pada anak-anak. Seperti yang diteliti para ahli pada tahun 1980-an.

Namun, arti penting listrik untuk mengobati luka dan jaringan telah lama diabaikan, hanya karena kaitannya dengan praktik perdukunan era Victoria dan Frankenstein. Demikian diungkapkan Dr Ann Rajnicek.

"Kuncinya adalah listrik, sesuatu yang selama ini kurang dihargai," kata Rajnicek. Namun, orang-orang selalu mengaitkannya dengan mitos Frankenstein. "Bahkan ketika Anda mencoba menawarkan ide penelitian soal itu
pada donor riset," tambah dia.

Dalam novel Mary Shelley, listrik membuat monster Frankenstein hidup. Selama era Victoria, ketika novel itu ditulis, listrik dan efek biologisnya mencengkeram imajinasi publik.

Bahkan, dalam sebuah acara yang digelar di Glasgow tahun 1818, mayat seorang pria yang tewas digantung karena kasus pembunuhan, tiba-tiba duduk saat dialiri listrik. Anggota keluarga dan penonton eksekusi lari ketakutan, Satu orang pingsan.

Sementara penelitian Dr Rajnicek di University of Aberdeen telah membuktikan efek listrik pada cacing pipih, bukan mayat manusia.

"Kami meneliti cacing pipih yang berkembang biak secara aseksual dengan membelah diri," kata dia. "Cacing membelah diri seperti dua plester yang elastis, sehingga salah satunya kehilangan kepala, lainnya tak punya ekor." Fakta itu yang selama ini menjadi pertanyaan besar para ilmuwan.

Dalam proses itulah, ditemukan peran listrik. "Kami lalu meyakini, medan listrik alami berkaitan dengan proses itu, seperti ada kompas yang memberi informasi pada sel, ke mana harus bermigrasi dan tumbuh." Medan listrik juga yang diduga berperan menumbuhkan kembali bagian kepala dan ekor cacing itu.

Dengan logika yang sama pada cacing pipih, hal yang sama bisa terjadi pada hewan juga manusia. "Kulit berfungsi seperti baterai," kata dia.

Dan jangan remehkan cacing pipih. Ia bukan sepenuhnya mahluk sederhana yang kita kira, melainkan punya sistem saraf yang kompleks dengan dua tali saraf paralel, otak, mata, usus, dan sekitar 40 jenis sel yang berbeda.

Rajnicek mengakui, percobaan yang dilakukan timnya masih awal. "Kami tidak mengatakan listrik adalah segalanya, tetapi itu adalah salah satu bagian dari teka-teki yang telah lama diabaikan," kata dia. (Daily Mail | umi)

1 Poin dari Markas Persib Cukup Membuat Bhayangkara FC Bersyukur
Game MMORPG Tarisland.

Game MMORPG Tarisland Siap Menggebrak, Ada Streamer Indonesia

Nimo secara khusus mengundang game MMORPG Tarisland yang sangat dinantikan-nantikan. Para tamu yang diundang, di antaranya streamer Depinaa dari Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024