Di Balik Misi Penjelajahan Antariksa China

Tiga astronot China sebelum menjalani misi ke luar angkasa
Sumber :
  • REUTERS/Jason Lee

VIVAnews - Tiga astronot China melepas pesawat luar angkasanya dari orbit modul robot pada Rabu 27 Juni 2012. Mereka kembali ke bumi pada Kamis malam. Menurut pejabat China kepada kantor berita Xinhua, kendaraan Shenzhou 9 berpisah dari laboratorium luar angkasa Tiangong 1 pada Rabu malam.

Siap-siap, 92.493 NIK Warga Jakarta Bakal Dinonaktifkan Pekan Depan

Menurut kantor berita Xinhua, roket yang diluncurkan China pada 16 Juni lalu berhasil mendarat dengan selamat di pangkalannya di wilayah Mongolia pada Jumat 29 Juni 2012 pukul 10.00 waktu setempat. Sentuhan pesawat ke darat di wilayah otonomi Mongolia, China bagian Utara, menandai langkah besar misi ambisius China menapak di luar angkasa. Pesawat antariksa ini kembali setelah 13 hari melakukan penjelajahan di luar angkasa.

“Astronot China punya tempat tersendiri di luar angkasa kini,” ujar komandan Shenzhou 9, Jing Haipeng kepada Presiden China Hu Jintao pada perayaan misi luar angkasa ini Selasa, 26 Juni 2012.

Ada yang Janggal dalam Surat Sakit Gus Muhdlor, KPK: Ini Agak Lain Suratnya

“Kami bangga pada negara kami!” tegasnya seperti dilansir dari Space.com.

Shenzhou 9 meluncur pada 16 Juni 2012 membawa tiga astronot, termasuk Liu Yang yang berusia 33 tahun. Liu menjadi perempuan pertama China yang memasuki luar angkasa. Misi ini bertujuan untuk menyatukan Shenzhou 9 secara manual dengan modul utama Tiangong yang tiba lebih dulu di luar angkasa. Para astronot berpindah dari kapsul ke laboratorium itu.

Pemilu di AS dan Eropa Diprediksi akan Pengaruhi Iklim Investasi Indonesia

China menjadi negara ketiga yang menyatukan dua pesawat dalam jarak ribuan mil dari bumi. Prosedur rumit ini sebelumnya telah dilakukan Amerika Serikat pada 1966 dan Rusia pada 1969.

Penerbangan Shenzhou 9 menguji teknologi dan teknik yang diperlukan untuk membangun stasiun luar angkasa di orbit bumi. Pemerintah China mengatakan bangsanya berharap memiliki stasiun luar angkasa seberat 60 ton pada 2020.

Peluncuran lab luar angkasa China, Tiangong-1

Sebagai perbandingan, Stasiun Antariksa Internasional yang dibangun dengan biaya US$100 miliar memiliki bobot 430 ton. Laboratorium orbit ini dijalankan oleh konsorsium beberapa negara. China tidak termasuk di dalamnya.

Impian China tidak hanya berakhir dengan menyentuh orbit bumi. China ingin membawa pulang sampel bulan ke bumi pada 2016. Setelah membangun stasiun antariksa, China ingin membawa kembali astronotnya menginjak bulan.

Misi membawa astronot Liu Wang, 42 tahun yang menyetir Shenzhou 9 dari Tiangong 1 pada Rabu malam. Jing yang berusia 46 tahun juga menerbangkan pesawar antariksa Shenzhou 7 pada 2008.

Shenzhou 9 menjadi misi antariksa keempat China yang membawa awak. Sebelumnya telah ada misi serupa pada 2003, 2005, dan 2008. Negara ini merencanakan untuk meluncurkan kru ke dalam Tiangong 1 segera pada akhir tahun ini.

Tiangong 1 telah memutari bumi sejak September 2011. Pada November, laboratorium luar angkasa ini menyambung dengan Shenzhou 8. Ini menandai penyatuan pesawat tanpa awak pertama China.

Tertinggal

Ada banyak alasan untuk kagum dan tidak dengan peluncuran misi antariksa China. Sebelum 2003, China belum pernah melakukan peluncuran berawak sama sekali. Tahun itu mereka hanya membawa satu astronot ke orbit. Pada 2005, mereka membawa dua kru. Pada 2008, meningkat menjadi tiga orang. Ini ditambah jalan-jalan di luar angkasa. Tahun lalu mereka meluncurkan Tiangong 1 sebagai stasiun antariksa tanpa awak.

China sudah bermain pada area antariksa berawak selama 9 tahun. Dalam kurun waktu itu China sudah menghasilkan empat peluncuran sukses.

China memang sudah tertinggal jauh dibanding Amerika Serikat dan Rusia.  AS telah melakukan tiga kunjungan ke bulan dan pendaratan pertama di satelit bumi itu. Peluncuran astronot perempuan juga sudah tertinggal 49 tahun sejak astronot Rusia, Valentina Tereshkova menjalani perjalanan luar angkasanya.

Kendati tertinggal, China menandai pergerakkan bangsa Asia menaklukkan luar angkasa. Negara ini telah menjadi pasar besar bagi negara-negara Barat. China juga telah menjadi markas produksi barang-barang terknologi seperti produk Apple dari AS. Kini China menjadi bangsa Asia yang telah memasuki langkah baru menjelajar luar angkasa.

Miliki Bulan

Pengusaha antariksa komersial, Robert Bigelow pada 19 Oktober 2011 mengatakan pemainan “monopoli tata surya” akan segera terjadi. Amerika Serikat khawatir mereka akan kalah. China berambisi menguasai bulan.
Pada Simposium Internasional Penerbangan Personal dan Komersial 2011, pemilik perusahaan Bigelow Aerospace ini menilai wilayah bulan bisa saja diklaim.

“Amerika masih terlena  kejayaannya menyentuh bulan pada 40 tahun lalu. Tapi, kita tidak memiliki satu persegi pun dari bulan. NASA hanya bayangan kejayaan agensi antariksa pada 1960-an dan 1970-an,” ujarnya.

Bigelow meyakini China punya motivasi dan kemampuan memenangkan pertarungan antariksa ini. Mereka bisa melakukan klaim kepemilikan bulan. Menurut Bigelow, hukum internasional dapat memperbolehkan negara untuk membuat klaim seperti itu. Terutama jika bisa meningkatkan kehadiran manusia secara berkelanjutan di bulan.

Menurut Bigelow, memiliki bulan akan menjadi keuntungan finansial dan prestise internasional. Ini bisa melompati eksplorasi tata surya. Bulan menyimpan kandungan sumber berharga seperti air dan helium-3. Sumber daya ala mini dapat dimanfaatkan untuk fusi nuklir sebagai bahan bakar masa depan.

“Saya rasa tidak ada yang tidak bisa dilakukan China untuk 15 tahun mendatang. Ini bisa memberikan keuntungan besar bagi China,” ujarnya seperti dilansir dari Space.com.

Ilustrasi stasiun luar angkasa China, Tiangong 1

China memiliki faktor untuk menjadi ancaman baru di dunia bisnis antariksa. Negara ini memiliki pertumbuhan teknologi yang cepat dan kondisi finansial yang mendukung. China memiliki dana segar dan  hutang minim. Bigelow berargumen China bisa melakukan klaim wilayah bulan pada 2022 hingga 2026.

Kekhawatiran Bigelow terhadap kekalahan AS dari China ini beralasan.  Pada tahun lalu, 10 persen uang AS dianggarkan untuk perang di Irak dan Afganistan. Bigelow menilai keputusan ini melarikan target eksplorasi Mars menjauh.

Bukan hanya pengusaha antariksa AS yang khawatir akan misi ini, agensi intelejen AS juga ketar-ketir. Pihak intelijen khawatir ambisi China ini akan mengarah pada teknologi yang bisa menghancurkan satelit AS. Menurut pihak intelijen, teknologi antariksa mutakhir bisa memiliki aplikasi untuk kebutuhan militer.

“Program antariksa, termasuk proyek sipil mendukung kemampuan China tumbuh untuk menolak atau menurunkan aset antariksa untuk meningkatkan kemampuan konvensional militer China, ujar Direktur Agensi Intelejen Pertahanan, Letnan Jendral Ronald Burgess pada pernyataan 16 Februari 2012.

China menargetkan sistem global dengan 35 satelit bisa tercapai pada 2020. Peluncuran ini akan mengurangi ketergantungan China pada konstelasi GPS yang dioperasikan militer AS.

“Beijing jarang mengungkap aplikasi militer secara langsung pada program antariksanya. Mereka merujuk semua peluncuran satelit dilandasi kebutuhan sains atau sipil,” tulis Burgess.

Kebanggaan Bangsa

China bukan hanya mengejar luar angkasa, mereka juga mengincar bawah laut. China masih terbuai keberhasilan rekor menyelam bawah laut pada Senin lalu. Kapal selam berawak China menyelam ke Palung Mariana di Samudra Pasifik. Kini keberhasilan negara ini ditambah lagi dengan pencapaian luar angkasa.

“Kami ada di luar angkasa, bukan hanya membuat ponsel,” ujar Presiden Eksplorasi dan Komunitas Peneliti China, Wong How Man.

Veteran penjelajah itu menilai perjalanan China ke luar angkasa ini menandai kebanggaan nasional. Eksplorasi negara ini tidak akan berhenti di situ saja. Ini membuktikan semangat penjelajahan China masih mendarah daging sebagai tradisi.

Fu mu zai, bu yuan xing,” ujar pendiri perusahaan travel alam liar WildChina, Mei Zhang.

Ungkapan tradisional China ini bisa diartikan, “Ketika orangtua Anda tidak ada, jangan bepergian terlalu jauh.” Menurut Zhang, ungkapan ini telah menahan banyak orang untuk tinggal di rumah.

“Tapi, dengan adanya internet, orang muda sekarang akan melihat dunia dan berkata, ‘Wow, mengapa saya tidak melakukan itu?’,” ujar Zhang yang berdarah Yunnan ini.

Penjelajahan China ini membangkitkan semangat eksplorasi bangsa. Menurut penjelajah China pertama yang telah mengelilingi Kutub Utara dan Selatan, Xiao, bangsa China telah melakukan pengembaraan sejak dulu.

“Zheng He (Cheng Ho), Zhang Qian, dan biksu yang melakukan perjalanan ke Barat. Bangsa China memiliki semangat petualang dengan alasan berbeda. Semangatnya selalu ada di sini,” ujarnya seperti dilansir dari CNN.

Laboratorium Tiangong 1 menjadi prototipe untuk elaborasi stasiun antariksa China yang direncanakan rilis pada 2020. Tiangong 1 berukuran 10,4 meter dan memiliki diameter 3,35 meter. Laboratorium orbit bumi ini berada pada ketinggian sekitar 220 mil dan inklanasi orbital 42 derajat.

Pesawat antariksa Shenzhou berukuran 9,25 meter dengan diameter 2,8 meter. Shenzhou memberikan tekanan pada kapsul kru yang berisi tiga astronot untuk lepas landas dan mendarat. Modul depan Shenzhou bisa ditinggal di luar angkasa untuk operasi otomatis setelah kru kembali ke bumi. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya