Server RIM Dinilai Lebih Penting dari Pabrik

BlackBerry Store Terbesar di Asia
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVanews - Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) dikabarkan akan meminta pemindahan pabrik RIM di Malaysia. Namun, sebelum membicarakan soal pemindahan pabrik, Anggota komisioner BRTI, Nonot Harsono, memaparkan ada hal yang paling penting untuk dilakukan, yaitu bagaimana fokus pada masalah pembangunan server RIM di Indonesia terlebih dahulu.

"Isu soal RIM terus berkembang, dulu server, data centre, sekarang soal pabrik. Membangun pabrik itu sangat berat, Mengapa, karena di sini tidak ada jaminan kepastian dalam membangun pabrik, misalnya siapa yang membiayai, karena sangat mahal," kata Nonot saat ditemui di Kantor BRTI, Menara Ravindo, Kebon Sirih, Jakarta, Kamis 28 Juni 2012.

Untuk itu, ia meminta semua pemerhati teknologi untuk tidak perlu jauh-jauh membicarakan menarik pabrik RIM di Malaysia ke Indonesia. "Selesaikan persoalan server dulu. Mengapa ini penting? agar bandwidth yang kita butuhkan lebih kecil, dan nantinya menjadikan biaya akses kita menjadi lebih murah," Nonot menjelaskan.

Dengan server RIM berada di Indonesia, Nonot mengatakan memiliki dua keuntungan, yakni sisi ekonomi dan sisi keamanan informasi.

Dari sisi ekonomi, biaya bandwidth semakin murah dan membuat komunikasi melalui BlackBerry lebih cepat. Secara teknis, ia menjelaskan bahwa dalam sebuah pengiriman pesan teks BlackBerry, terbagi dalam dua bagian yaitu label pesan atau call data record, serta pesan teks.

Jika server berada di luar negeri, setiap pengiriman pesan harus melalui server di luar negeri, sebelum nantinya mengarah ke alamat pengiriman pesan teks yang dituju. Hal ini mengakibatkan proses pengiriman teks menjadi lama dan lebih mahal karena harus melalui server di Kanada. "Sedangkan CDR dan pesan teks harus ke luar negeri dulu, padahal pesan teks harusnya domestic routing," paparnya.

Namun, jika dengan skema server ada di Indonesia, pesan teks tidak perlu ke luar, hanya di domestic routing. "Hanya CDR-nya saja yang ke server luar, dengan ini membuat pesan semakin kencang dan jatuhnya murah, karena kita hanya memanfaatkan bandwidth untuk CDR saja, " ujarnya.

Selain untung dari sisi ekonomi, pembangunan server di Indonesia, menurut Nonot akan mengamankan informasi pengguna BlackBerry karena teks pesan tidak akan sampai ke server RIM di luar negeri.

Ia menambahkan jika sebuah pesan teks harus melalui server di luar, menurutnya sangat berbahaya karena keamanan privasi informasi pengguna dapat bocor dan dibaca oleh RIM.

"Semua pesan pengguna dapat dibaca oleh pihak RIM, bagaimana kalau yang dibaca adalah milik orang penting di RI, misalnya anggota dewan kita, ataupun menteri," ujarnya.

Regulasi

Indonesia Penghasil Emisi Karbon Terbesar di Dunia, Tanam Lebih Banyak Mangrove Bisa Jadi Solusinya

Ditanya soal regulasi yang menekan RIM agar segera membangun server di Indonesia, Nonot mengatakan seharusnya aturan ini diakomodasi dalam UU Telekomunikasi.

"Harusnya masuk di UU Telekomunikasi yang sedang direvisi. Karena ada hubungannya dengan perjanjian perdagangan bebas (WTO)," ujarnya.

Nonot juga menyindir cara bisnis RIM yang lihai memanfaatkan jaringan bandwidth operator telekomunikasi Indonesia. Padahal, seharusnya RIM yang buat bandwidth atau paling tidak RIM menyewa bandwidth.

"Yang ada RIM malah minta saluran bandwidth khusus dari operator, kalau begini ini malah terbalik, ini kesannya yang butuh rakyat Indonesia, padahal RIM itu yang butuh pasar Indonesia," ujarnya.

Karena cara bisnis yang lihai inilah, banyak negara maju menolak RIM di negaranya. "Seperti Jepang menolak RIM ya karena begini, India juga mulai menolak, Arab sudah," ujarnya.

"Untuk itu yang penting adalah kita mengerti dulu kenapa server itu penting daripada pabriknya," ujarnya.

Rumah Dinas Gubernur DKI

Alasan Pemprov DKI Gelontorkan Rp 22,2 M untuk Perbaiki Rumah Dinas Gubernur

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berencana melakukan restorasi atau perbaikan rumah dinas Gubernur DKI Jakarta yang menggolontorkan anggaran sebesar Rp 22,2 M.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024