Paten Kini Jadi Alat Perang Raksasa Teknologi

Ilustrasi.
Sumber :
  • unisa.edu.au

VIVAnews - Kebanyakan orang sudah memahami asal-usul dan dasar pemikiran diberikannya hak paten. Misalnya, pemberian paten pada sebuah perusahaan farmasi yang telah menghabiskan uang untuk mengembangkan obat baru untuk mendapatkan keuntungan dari investasi, sebelum seluruh dunia dapat membuat versi yang lebih murah.

Namun, paten perangkat lunak, meski secara hukum sama, dalam prakteknya sangat berbeda. Google misalnya, pekan lalu menggemparkan dunia dengan membeli divisi ponsel Motorola sebesar US$12.5 miliar demi mendapatkan 17 ribu paten software milik Motorola.

Dikutip dari editorial Guardian, 22 Agustus 2011, paten sekarang menjadi industri bernilai miliaran dolar di mana perusahaan merasa lebih tertarik saling membuat gugatan satu sama lain terhadap suatu pelanggaran kepemilikan paten dibandingkan membuat hal-hal yang baru dan aktual.

Sampai pertengahan 1990-an, industri komputer, termasuk Microsoft, menentang paten. Sebab, industri komputer sangat inovatif tanpa perlindungan paten dan dalam hal apapun kemajuan teknologi sering cukup sepele dan hanya dianggap sebagai bagian standar dari pekerjaan seorang insinyur.

Pengacara perusahaan menyadari bahwa mereka bisa menuntut orang lain dari pelanggaran paten. Mereka bergabung dengan perusahaan yang dibentuk hanya untuk membeli paten.  Dan mereka akan menuntut perusahaan dan pengembang yang sebagian besar akan sepakat membayar daripada harus menghadapi biaya lebih besar lagi untuk menyewa pengacara.

Hari ini, perusahaan yang sebelumnya menentang paten, berada dalam lini terdepan untuk mendapatkan paten mereka. Microsoft telah mengumpulkan persenjataan paten yang luas dan dapat meminta produsen seperti HTC untuk membayar US$5 untuk setiap ponsel yang dijualnya, meskipun sistem Android (dikembangkan oleh Google) yang digunakan dalam ponsel HTC adalah "open source" dan seharusnya tersedia untuk semua orang.

Dengan ratusan bahkan ribuan paten yang ada saat ini di dalam ponsel, hampir mustahil untuk tidak melanggar beberapa paten. Google kini berhadapan dengan para pesaingnya yang telah menyedot semua paten. Dan mereka mampu memaksa Google membeli portofolionya sendiri.

Paten seharusnya untuk melindungi inovasi. Sekarang justru sebaliknya, paten berisiko memperlambat inovasi. Akuisisi dapat menyeret perusahaan teknologi semakin jauh dari kompetensi asli mereka.

Penelitian yang dilakukan oleh Berkman Center for Internet and Society menemukan menemukan bahwa paten perangkat lunak tidak memberikan manfaat langsung terhadap industri software, apalagi masyarakat secara keseluruhan.

Tragisnya, karena begitu banyak perusahaan yang sebelumnya menentang paten perangkat lunak kini telah bergabung dengan sistem dan solusi yang efektif akan sulit untuk ditemukan. Sekali lagi konsumen diadu melawan korporasi.

Kubu Ganjar-Mahfud Tidak Terima Gugatannya ke MK Disebut Salah Sasaran oleh KPU
Ketua MK Suhartoyo, Sidang Lanjutan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum di MK

Momen Ketua MK Semprot Kuasa Hukum KPU yang Puji-puji Hasyim Asy'ari

Menurut kuasa hukum KPU, meski nama Hasyim Asyari disangkutpautkan dengan banyak dugaan pelanggaran tapi proses Pemilu 2024 tetap berjalan lancar.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024