- i42.tinypic.com
VIVAnews -- Penggunaan Twitter oleh para jurnalis di dalam pengadilan jadi polemik di Inggris.
Seperti dikutip laman Associated Press, disebutkan penggunaan Twitter sebelumnya diperbolehkan digunakan ketika pekan lalu seorang hakim memperbolehkan jurnalis mengirimkan informasi melalui situs microblogging itu dalam kasus hukum pendiri Wikileaks Julian Assange.
Namun dua hari kemudian dalam persidangan Assange yang lain, hakim melarang penggunaan Twitter dalam ruang sidang. Twitter berada di wilayah abu-abu.
Sebagai catatan, pengadilan di Inggris memiliki tradisi yang sampai saat ini terus dipertahankan -- misalnya penggunaan jubah hitam dengan wig. Pengadilan di Negara Ratu Elizabeth II ini juga terkenal sangat ketat dalam membuat aturan larangan penggunaan alat komunikasi dalam ruang pengadilan. Kamera dan alat perekam lainnya selama ini terlarang digunakan, begitu juga penggunaan telepon genggam.
Namun, Kepala Pengadilan di Inggris dan Wales, Igor Judge menegaskan, tidak ada ketentuan hukum yang melarang penggunaan penggunaan telepon genggan, laptop atau barang sejenis yang dapat digunakan untuk mengirimkan informasi berbasis teks. Hal itu tentu saja disambut positif oleh kalangan jurnalis.
Walau tidak memberikan larangan, Igor mengatakan, penggunaan media sosial tersebut harus meminta izin kepada hakim terlebih dahulu dan pesan yang dikirimkan bisa ditolak sebagai upaya perbuatan krimimal jika informasi dianggap bisa mempengaruhi saksi maupun para juri.
Untuk keputusan mengenai penggunaan Twitter dalam persidangan di Pengadilan Inggris, saat ini masih terus dibahas untuk menunggu keputusan final.
Perkembangan teknologi yang semakin cepat memang menantang adanya perubahan dalam kebiasan di dunia pengadilan di seluruh negara.
Pengadilan Federal Amerika Serikat, sebelumnya meminta para juri untuk menghindari penggunaan Twitter, Facebook dan media sosial lainnya.
Dalam kasus penggunaan media sosial oleh para jurnalis, Pengadilan AS menyerahkan keputusan sepenuhnya pada pada hakim. (sj)
Terima Kunjungan LBBP Jepang, Menaker Berharap Kerja Sama Ketenagakerjaan Indonesia-Jepang Meningkat
Kepada Yasushi Masaki, Ida Fauziyah berharap terus memperkuat hubungan kerja sama bilateral Indonesia-Jepang, khususnya di bidang ketenagakerjaan.
