Gaya Hidup ala Syahrini Bisa Ancam Kesehatan

Syahrini turun dari pesawat pribadi
Sumber :
  • Instagram
VIVA.co.id
VIDEO: Kenapa Bunga Matahari Mengikuti Gerak Sang Surya?
- Kebanyakan orang yang follow instagram Syahrini sering berdecak kagum campur iri. Betapa menyenangkan kehidupannya, yang sering bepergian ke luar negeri dengan pesawat jet atau pesawat komersial kelas atas. Menandakan gaya hidup jetset dan glamor. Namun jangan salah, sebuah penelitian justru menganggap gaya hidup tersebut berpotensi mengancam kesehatan sang pelaku.

Begini Rupa Api Jenis Baru

Sebuah studi menemukan adanya potensi buruk memiliki pola hidup jetset dan glamor, atau sering terbang dengan jarak yang jauh. Studi itu dilakukan oleh para peneliti dari University of Surrey di Inggris dan Lund University di Swedia.
Kemewahan dan Keseruan Ulang Tahun Syahrini


"Tujuan dari studi ini adalah studi sains dengan bukti yang beragam akan adanya konsekuensi negatif dari seringnya bepergian. Kami menyebutnya frequent long-distance atau orang yang terbang sejauh 85.000 mil. Studi yang pernah dilakukan 2010 merekomendasikan jarak tempuh perjalanan sebanyak itu berpotensi terpapar radiasi kosmik," ujar Dr. Scott Cohen, dilansir dari
Medical Daily
, Rabu 5 Agustus 2015.


Menurut Cohen, 85.000 mil sama jaraknya dengan perjalanan dari New York ke Tokyo sebanyak tujuh kali dalam setahun atau dari New York ke Seattle sebanyak tiga kali seminggu.


"Studi yang kami lakukan menemukan jika mereka yang memiliki kecenderungan sering bepergian jarak jauh disebut sebagai Hypermobile'. Mereka kerap tampil di publik dan sosial media sebagai pemilik status sosial tinggi, atau menjadi bagian dari sosialita," kata Cohen.


Sayangnya, kata Cohen, penggambaran glamor ini kerap membayangi konsekuensi fisiologis, fisik dan sosial. Banyak kaum jetset ini yang menderita jet-leg terus menerus, trombosis vena dalam, paparan radiasi, stres, kesepian, dan hancurnya keluarga. Bahkan, lanjut Cohen, seringnya bepergian berpotensi mengganggu ritme gen setiap harinya dan menyebabkan kerusakan genetik yang seharusnya berperan sebagai pelindung dan perbaikan sel tubuh. Akibat gen yang rusak, frequent-flyer akan memiliki risiko terkena kanker, sakit jantung dan diabetes.


"Sebanyak 97 persen gen ritmik akan menjadi tidak sinkron akibat waktu tidur yang berkurang atau tidak rutin. Ini juga yang kadang menyebabkan penumpang pesawat sering mengalami jet lag, karena pola yang tidak reguler," Cohen, mengutip sebuah laporan studi yang dilakukan oleh Dr. Simon Archer pada 2014.


Oleh karena itu, Cohen menyarankan untuk tidak melakukan penerbangan yang tidak perlu, atau menghindari perjalanan yang sekedar bersenang-senang.


"Untuk para pebisnis, akan lebih baik jika mengganti penerbangan ke luar negeri untuk meeting, dengan pertemuan melalui video conference. Atau baiknya mengganti moda transportasi yang digunakan, tidak melulu menggunakan pesawat jet maupun komersial. Sudah saatnya mempertimbangkan jarak tempuh penerbangan anda," ujar Cohen.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya