LAPAN: Indonesia Dilanda Kekeringan Hingga Akhir 2015

Kekeringan di Surbaya
Sumber :
  • ANTARA/Moch Asim

VIVA.co.id - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengungkapkan Indonesia perlu waspada potensi kekeringan di berbagai wilayah. Sebab, cuaca panas akan terus menerjang Tanah Air hingga November 2015.

Penyebab panjangnya musim panas tersebut diakibatkan oleh El Nino berskala moderat hingga kuat dengan indeks berkisar 1,59 hingga 2,5 masih akan terjadi dengan peluang di atas 95 persen.

"Prediksi tersebut didasarkan pada tujuh model global dinamik dari berbagai lembaga riset iklim internasional. El Nino ini masih akan terus berlangsung hingga akhir 2015, namun dengan intensitas yang cenderung menurun," tulis LAPAN dalam situsnya, Rabu, 5 Agustus 2015.

Pernyataan yang diungkapkan oleh lembaga pemerintah nonkementerian itu tak mengada-ngada. Sebab potensi kekeringan tersebut berdasarkan hasil prediksi curah hujan musiman dari Model International Research Institute for Climate and Society (IRI).

Ini Dampak Perubahan Iklim pada 690 Juta Anak di Dunia

Dipaparkan dalam hasil tersebut pada Juli hingga September peluang kekeringan mencapai 80 persen di seluruh pelosok Indonesia.

Namun, disebutkan kalau kekeringan tersebut akan berkurang sebanyak 40 persen pada periode Oktober hingga Desember di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Akan tetapi, kekeringan ini akan terus berlanjut di Pulau Jawa dengan peluang antara 60 hingga 80 persen.

Sebelumnya, Indonesia juga pernah mengalami terjangan El Nino yang cukup kuat dengan indeks lebih dari 2 pada tahun 1982-1983 dan 1997-1998. Pada saat itu, berbagai wilayah Indonesia mengalami kekeringan yang cukup parah.

"El Nino kuat seperti ini memiliki kecenderungan berulang sekitar 15 tahunan," jelas Lapan.

Sementara kekeringan pada tahun ini berbeda dengan sebelumnya. Pada dua periode tersebut kekeringan parah tidak hanya disebabkan oleh El Nino kuat, melainkan juga Indian Ocean Dipole (IOD) positif yang kuat. Sedangkan, pada 2015-2016 ini, diharapkan kekeringan tidak separah sebelumnya. Sebab, indeks IOD berada dalam kondisi normal.

LAPAN menuturkan El Nino menunjukkan menghangatnya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik, sementara IOD positif memperlihatkan suhu permukaan laut di Samudera Hindia antara wilayah dekat Sumatera, yang mana kondisinya lebih rendah dibandingkan suhu permukaan laut dekat Afrika.

"Baik El Nino maupun IOD mengakibatkan kekeringan di Indonesia," tegas LAPAN.

Meski demikian, kemarau panjang tahun ini sangat perlu diwaspadai. Hal tersebut mengingat selama kurun waktu lima tahun terakhir wilayah Indonesia mengalami kemarau basah, yaitu masih sering hujan selama musim kemarau.

"Pada kondisi tersebut, secara psikologis, masyarakat tidak merasakan kekeringan pada musim kemarau. Oleh karena itu, masyarakat harus siap dalam menghadapi kekeringan tahun ini," kata LAPAN.

Krisis air bersih di Nusa Tenggara Timur

'Ritual' Berburu Air di Desa Ini Menyedihkan

Air sudah menjadi barang langka.

img_title
VIVA.co.id
30 Januari 2016